Dunia hanya sebentar, sebentar maksudnya dari sisi dibandingkan dengan fase-fase yang berikutnya. Kita sudah melewati beberapa fase kehidupan di dunia ini. Yang pertama fase janin selama 9 bulan. Kemudian yang kedua fase dunia yang hanya Allah سبحانه و تعالى yang mengetahui berapa lama kita berada di dunia ini, sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “umur umatku antara 60 – 70 tahun dan hanya sedikit dari umatku yang melampaui 70 tahun”. Artinya disini ada sebagian umat yang berusia lebih dari 70 tahun dengan Allah memberikan bonus namun hal ini jarang karena umumnya usia umat Nabi ﷺ antara 60 – 70 tahun.
Setelah itu kita akan masuk pada fase ke tiga yaitu alam Barzakh. Selanjutnya di Padang Mahsyar dan berakhir di Surga atau Neraka. Dimana pada fase-fase ini sangat lama dibandingkan dengan fase di dunia, tidak ada bandingannya karena di dunia kita hanya sebentar saja. Di dalam alam Barzakh kita bisa ratusan hingga ribuan tahun. Kemudian kelak kita berada di Padang Mahsyar selama 50.000 tahun dan akhirnya kita berada di tempat yang abadi/ kekal yaitu Surga atau Neraka.
Bagaimana bisa kita membandingkan kehidupan di akhirat dengan kehidupan kita selama di dunia ini yang hanya 60 – 70 tahun. Oleh karenanya kata Allah سبحانه و تعالى ketika mereka melihat hari kiamat, “Ketika mereka melihat hari kiamat mereka seakan-akan tidak tinggal di dunia kecuali hanya satu sore atau hanya di waktu Dhuha”, hanya sebentar mereka merasakan karena mereka tahu dahsyatnya hari kiamat dan ternyata dunia hanya sebentar di hadapan kita masih banyak fase kehidupan yang sangat panjang.
Kemudian juga dalam ayat yang lain ketika Allah bertanya kepada orang-orang di akhirat ketika dibangkitkan kata Allah, “Berapa lama kalian tinggal di bumi, berapa tahun?”,
Mereka menjawab, “Kami hanya tinggal di dunia itu hanya satu hari atau sebagian hari”. Kenapa demikian? Karena begitu singkatnya mereka rasakan ternyata kehidupan yang ada di depan mereka adalah kehidupan yang sangat panjang. Sekitar 60 – 70 tahun itu tidak terasa jika dibandingkan dengan Barzakh, Padang Mahsyar dan Surga atau Neraka sangat sedikit. Waktu tersebut belum dipotong lagi dengan lamanya kita tidur, untuk aktivitas dunia jadi sebenarnya waktu efektif kita untuk akhirat tidak banyak. Namun ini adalah point yang sangat penting, dunia inilah yang sedang kita jalani dan merupakan titik kritis karena apa yang kita lakukan di dunia ini sebagai penentu untuk perjalanan selanjutnya.
Baik berada di Barzakh, Padang Mahsyar, Surga atau Neraka semuanya kembali kepada kehidupan di dunia karena disini tempat kita menanam sedangkan disana tempat kita memanen apa-apa yang telah kita usahakan di dunia. Banyak dalil yang Allah sebutkan yang menjelaskan bahwasannya dunia itu hanyalah sebentar, seperti firman Allah سبحانه و تعالى, “kesenangan yang sebentar”. Allah mengingatkan hal ini banyak sekali karena kita manusia memiliki potensi untuk lupa hal ini meskipun di depan kita banyak tanda bahwasannya kita akan sirna.
Banyak sekali tanda-tandanya seperti yang kita lihat saudara-saudara kita banyak yang meninggal, apalagi saat covid-19 teman-teman kita banyak yang meninggal, kita mendengar berita berapa banyak yang meninggal, sebenarnya banyak tanda-tanda yang menunjukkan kita ini tidak lama di atas muka bumi ini. Kemudian tubuh kita juga, tatkala Allah سبحانه و تعالى berfirman, “Telah datang peringatan bagi kalian”, yaitu sebagian salaf menafsirkan berupa uban, orang yang sudah beruban/ rambut sudah memutih tanda bahwa dia akan selesai masanya di dunia, dia akan masuk pada fase berikutnya dan itu diantara tanda rahmat Allah.
Seandainya manusia tidak ada ubannya kemudian selalu segar dan tiba-tiba meninggal, dia tidak akan mempersiapkan tetapi tatkala Allah kasih tanda-tanda matanya mulai rabun, kemudian gerakannya mulai tidak lincah seperti dahulu di masa muda, pendengarannya mulai lemah, rambutnya mulai putih, kulitnya mulai keriput, ini dalil bahwasannya sebentar lagi kita akan berpindah pada fase berikutnya. Dunia dinamakan dunia karena hanya sebentar, berasal dari bahasa Arab ‘Dani’ yang artinya dekat. Diantaranya juga Allah menamakan dunia dengan ‘zahra’ artinya mawar, dalam surah Thaha kata Allah سبحانه و تعالى,
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ اِلٰى مَا مَتَّعۡنَا بِهٖۤ اَزۡوَاجًا مِّنۡهُمۡ زَهۡرَةَ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا لِنَفۡتِنَهُمۡ فِيۡهِ ؕ وَرِزۡقُ رَبِّكَ خَيۡرٌ وَّاَبۡقٰى
Artinya:
“Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha: 131)
Dan kita tahu namanya mawar yaitu cepat sekali layunya meskipun indah, harum, menyenangkan. Ini menunjukkan dunia hanya sebentar sebagaimana mawar yang indah namun dia cepat layu. Kemudian Allah سبحانه و تعالى dalam Al-Qur’an menyamakan dunia dengan air hujan, Allah سبحانه و تعالى berfirman,
وَاضۡرِبۡ لَهُمۡ مَّثَلَ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا كَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰهُ مِنَ السَّمَآءِ فَاخۡتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ فَاَصۡبَحَ هَشِيۡمًا تَذۡرُوۡهُ الرِّيٰحُ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ مُّقۡتَدِرًا
Artinya:
“Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi: 45)
Dalam ayat ini ada dua pendapat di kalangan para Ulama, apa maksudnya perumpamaan dunia itu:
- Pendapat pertama menyatakan bahwasannya dunia seperti air
Kenapa diibaratkan dengan air? Karena air tidak menetap, sering berubah menguap, mengkristal, dan mencair menjadi uap, hujan, es dan air. Demikian juga kondisi kita di dunia tidak stabil, kadang kita sehat, kadang kita sakit, kadang kita tertawa, kadang kita menangis, terkadang kita lagi ekonomi bagus, terkadang kita sedang dicoba oleh Allah ekonominya lagi jatuh, terkadang, terkadang disenyumi sama istri, terkadang diomeli sama istri, terkadang tertawa sama istri, terkadang ngomelin istri, inilah kehidupan yang tidak menetap seperti air yang Allah sebutkan.
Kemudian diantara kesamaan kata para Ulama antara dunia dengan air yaitu air kalau kebanyakan bahaya, diambil secukupnya saja ini hakikat dunia kata Allah سبحانه و تعالى. Air jika banyak jadi banjir, kita ambil secukupnya untuk minum, untuk mandi, ibarat dunia secukupnya kalau kebanyakan jadi mudharat. Lupa dengan akhirat, tenggelam dengan dunia, nanti hisab pada hari kiamat panjang, banyak masalahnya. Tetapi air itu memang dibutuhkan, diambil secukupnya saja jika kebanyakan bahaya. diantaranya orang yang mengambil air biasanya basah. Sebagaimana kata para Ulama, dunia pasti ada resikonya, ngambil air pasti kecipratan dengan mudharat.
- Pendapat yang kedua mengatakan bahwasannya ayat ini perumpamaannya adalah perumpamaan secara utuh, ayatnya secara utuh yaitu seperti air yang menjadikan tumbuhan hijau lalu kering.
Dunia itu seperti tumbuhan yang hijau ini, enak dilihat, enak di pandang tetapi cepat sekali menjadi kering kemudian beguguran dan ditiup oleh angin. Dunia seperti itu, kehidupan kita tidak lama jadi ini menggambarkan tentang sebentarnya kehidupan dunia. Seperti daun yang hijau kemudian menjadi kering kemudian hancur dan tiba-tiba ditiup angin. Kita pun demikian, berapa banyak orang sedang di puncak-puncak kejayaan dipanggil oleh Allah سبحانه و تعالى. Ditinjau dari dunianya yang bisa cepat rusak/ sirna dan ditinjau dari kitanya/ penghuninya juga mudah untuk sirna.
Sebenarnya ayat tentang hakikat dunia banyak tinggal bagaimana kita mau berusaha untuk membaca dan memahami isi dari Al-Qur’an karena tidak dapat kita tuliskan semuanya disini karena keterbatasan waktu yang kita miliki. Di bawah ini juga salah satu ayat yang menjelaskan hakikat dunia, kata Allah سبحانه و تعالى,
اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ وَّزِيۡنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِؕ كَمَثَلِ غَيۡثٍ اَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيۡجُ فَتَرٰٮهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُوۡنُ حُطٰمًاؕ وَفِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيۡدٌ ۙ وَّمَغۡفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانٌؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُوۡرِ
Artinya:
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (QS. Al-Hadid: 20)
Sebagian ahli tafsir mengatakan ketahuilah kehidupan ini hanyalah permainan, maksudnya anak-anak ketika masih kecil dari 2 tahun sampai 10 tahun main saja yang dikerjakannya. Saat sudah mulai remaja mulai senda gurau yang dikerjakannya. Setelah itu pada usia 20 – 30 tahun mulai bergaya dengan penampilan baik pria maupun wanita, perhatian dengan penampilan, gaya berbicaranya, gaya berpakaiannya, mobilnya, macam-macam perhatiannya fokusnya pada zinah (perhiasan). Kemudian 30 – 40 tahun keatas mulai kerja, bangga-banggaan jadi bumbu majelis seperti punya proyek, sudah memperoleh gelar yang tinggi, punya ini dan itu, inilah dunia. Nanti ketika sudah 45 tahun ke atas sudah mulai banyak-banyakan seperti punya anak yang banyak, punya istri yang banyak, ada yang punya usaha banyak, semua berkaitan dengan banyak-banyakan.
Inilah kehidupan dunia, banyak orang terjebak dengan ini baik permainan, perhiasan, gurauan, bangga-banggaan, banyak-banyakan dan Allah menamakan dunia itu dalam ayat yang lain, “permainan dunia itu hanyalah senda gurau dan permainan”. Kenapa demikian? Karena senda gurau atau permainan itu hanya sebentar, namanya kita bermain-main cepat selesai, bersenda gurau cepat selesai setelah itu kita masuk kepada keseriusan. Dunia seperti itu juga sebentar.
Kemudian Allah ingatkan seperti hujan yang tumbuhannya menyenangkan penanam/ petani kemudian tiba-tiba kering lalu kuning kemudian hancur lebur dan diakhir ayat Allah mengatakan, “tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.” Makanya Allah mengingatkan karena banyak orang yang terpedaya.
Sumber: Ustadz Firanda Andirja