HATI YANG BERSIH

Sungguh segala puji hanya milik Allah Jallajalalu, memohon pertolongan hanya kepada Allah. Kita adalah makhluk yang lemah tanpa bantuan Allah, hidup kita akan penuh dengan kesengsaraan dan dalam setiap sholat pun kita mengikrarkan kelemahan kita, kita berkata “Iyyakana’bud waiyyakanasta’in” kita ya Allah kepada-Mu mengabdi, kepada-Mu beribadah dan hanya kepada-Mu meminta pertolongan. Kita memang memerlukan pertolongan Allah Jallajalalu sebagaimana kita memohon ampun atas segala dosa-dosa kita. Kita berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan jiwa kita dan dari dampak-dampak buruk dosa yang kita lakukan. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tiada seorangpun baik dari bangsa jin atau manusia yang dapat menyesatkan. Sebaliknya yang disesatkan dalam kehidupan ini yang karena salah mendatangi kajian, salah berteman, salah baca buku atau apa saja sebab-sebab kesesatan itu maka dia tidak akan pindah dari kesesatan itu bila Allah tidak berkehendak. Yakinlah dengan hal tersebut.

Kita harus percaya dengan semua yang disampaikan oleh Rasulullah Saw, kita harus ta’at dengan perintah-Nya, kita harus jauhi larangan-Nya kalau tidak mampu melaksanakan maka jangan diakal-akali. Dimana perintah yang tidak wajib menjadi wajib lalu perintah yang haram dibuat menjadi bergeser ke halal, jangan! Seorang yang beriman itu Allah SWT mensifati mereka di akhir surah Al-Baqarah:

Artinya:

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (285)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.” (286)

Kata Rasulullah Saw, “di tubuh manusia ini ada jantung (qalbu)/ mudghah (segumpal daging) kalau daging itu sehat, baik maka seluruhnya akan baik” tetapi kalau rusak maka seluruh tubuhnya akan sakit. Dan kita lihat tugasnya jantung untuk memompa darah sehingga kalau sudah sakit maka akan rusak semuanya baik itu secara medis maupun secara rohani kita. Ini memiliki peran yang sangat besar. Maka masyaAllah orang yang sehat jantungnya mau makan apa saja bisa namun jika jantung sudah sakit maka ada larangan makanan tertentu. Untuk itu kita jaga jantung kita agar tetap bersih dan sehat.

Ada hari dimana pada hari itu tidak bermanfaat lagi harta, tidak ada guna lagi anak-anak kita kecuali satu manusia yang datang kepada Allah dengan hati (yang dimaksudkan disini adalah qalbu) yang selamat. Ketika kita menjaga hati, menjaga jiwa kita, kita tau akan dapat apa. Manusia termotivasi untuk beramal karena ada balasannya berupa reward. Maka di dalam Al-Qur’an dan hadist-hadist Allah selalu mengingatkan kepada umatnya akan ada hari akhir berupa hari kiamat dan hari pembalasan. Inilah yang membuat kita semangat untuk beribadah seperti seseorang yang bekerja pada jam 7 pagi hingga jam 5 sore tetap semangat karena akan menerima gaji.

Dan orang yang membersihkan hatinya, dia akan mendapatkan 2 pahala/reward yaitu di dunia dan di akhirat. Allah berfirman di QS. Asy-Syams :

·  قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ زَكّٰٮهَا

9. sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),

·  وَقَدۡ خَابَ مَنۡ دَسّٰٮهَا

10. dan sungguh rugi (sengsara) orang yang mengotorinya.

Kemudian Allah berfirman pada QS. Thaha: 75-76 yaitu:

وَمَن يَأْتِهِۦ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلدَّرَجَٰتُ ٱلْعُلَىٰ

جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَآءُ مَن تَزَكَّىٰ

Yang artinya “barang siapa yang datang kepada Allah, datang pada hari akhir mu’minan (dalam keadaan beriman), beramal shaleh, maka mereka akan mendapatkan kedudukan-kedudukan yang tinggi di surga ‘Adnan dibawahnya mengalir sungai-sungai selamanya berada disana dan itu diberikan kepada orang yang menyucikan/membersihkan dirinya”.

Kemudian kalau kita jaga makanan kita dengan memakan makanan yang sehat, kita olahraga dengan lari tiap hari maka yang memperoleh kesehatan adalah diri kita maka orang itu akan memperoleh hasilnya dari amal-amalnya. “Barang siapa yang berusaha membersihkan dirinya, menyucikan jiwanya sebenarnya apa yang dilakukannya itu keuntungannya kembali pada dirinya sendiri”. Tentang orang yang masuk surga karena orang yang masuk ke surga tidak sekaligus, kita nanti akan dibangkitkan dari kubur kita, digiring ke padang Mahsyar disitu ada Ha’ud (mentari yang mendekat) kemudian amal kita akan ditimbang nanti akan ada pembagian kitab-kitab rapot lalu kita digiring menuju ke neraka jahanam yang disitu ada Shiratul/jembatan menuju surga Allah SWT. Dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah Saw mengatakan, “kelompok pertama yang masuk surga yaitu tidak ada kegaduhan, percekcokan, perselisihan, tidak ada saling benci diantara mereka karena hati mereka seperti hatinya orang satu yaitu saling mencintai dan menyayangi”.

Rasullah mengatakan, “demi jiwa yang berada di tangan-Nya, kalian tidak akan dikatakan beriman sampai engkau cinta dengan saudaramu seperti kau cinta dengan dirimu sendiri”. Subhanallahu! “Seorang mukmin itu seperti satu tubuh/badan”, kalau ada yang sakit maka seluruh tubuh itu akan berusaha untuk merasakan rasa sakitnya, dia malam tidak bisa tidur, dia merasa panas secara medis dikatakan maka darah akan mengalirkan seluruh darahnya ditempat yang sakit tersebut untuk menyembuhkan. Maka seorang mukmin tatkala saudaranya sakit maka dia tidak bisa tidur, dia memikirkan saudaranya, dia tidak nyaman sendiri sementara saudaranya sedang susah.

Dan di hadist lain diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw mengatakan, “akan masuk manusia-manusia ke dalam surga yang hati mereka seperti hatinya burung”. Hatinya burung itu hati yang lembut seperti yang kita lihat ada burung dara yang sedang makan bersama-sama temannya tidak ada yang rebutan sama sekali. Dan orang yang hatinya paling bersih adalah orang yang paling baik. Jadi orang yang paling baik itu bukanlah orang paling banyak sedekahnya, ada orang-orang yang banyak sedekahnya tetapi hatinya kotor maka sebagian orang yang bersedekah tidak diterima oleh Allah SWT. Allah Jallajalalu mengatakan, “wahai orang-orang beriman jangan engkau membatalkan pahala sedekahmu dengan mengungkit-ngungkit dan menyakiti orang yang menerima sedekah tersebut”.

Nabi mengatakan, “Nabi pernah ditanya ya Rasulullah manusia manakah yang paling afdhol/ yang paling baik? Orang yang paling baik adalah seorang mukmin yang bertakwa, seorang mukmin yang bersih hatinya/tidak ada dosa, tidak ada kedzholiman, tidak ada hasad, tidak ada iri dengki, orang yang memiliki lisan yang jujur”. Nabi kita Rasulullah Saw dicuci hatinya sebanyak 2x yaitu yang pertama pada saat masih kecil dalam pengasuhan Halimah Sakdiah dengan datangnya malaikat Jibril membelah hati Rasulullah lalu membersihkan kotoran yang ada di hatinya lalu dicuci dengan air zamzam di dalam bejana emas kemudian hati itu dimasuki hikmah-hikmah di kampung halamannya dan hal tersebut dilihat oleh Anas bin Malik dan yang kedua ketika beliau hendak berjumpa dengan sang Pencipta saat peristiwa Isra’ Mi’raj ke Sidratul Munthaha hati beliau dicuci kembali pada usia 50 tahunan.

Jadi yang membuat hati kita sakit ini kalau secara medis orang yang sakit jantungnya biasanya pola hidupnya atau pola makannya tidak baik (memakan semuanya tanpa dipilah-pilah), yang kedua tidak olahraga. Adapun 2 penyakit hati yaitu Syubhat/ keragu-raguan dan yang kedua Syahwat. Manusia ini ada 2 jenis yaitu ada manusia yang ahli ibadah dan ada manusia yang condong berbuat maksiat. Kalau yang ahli ibadah diberikan tawaran untuk berbuat maksiat maka dia tidak akan condong melakukannya justru tidak mau melakukan dan mengucapkan, “Naudzubillah!”. Tetapi iblis datang memberikan keragu-raguan dalam beragama karena ibadahnya sudah baik maka iblis mengajak untuk bagaimana agar ibadahnya keluar dari Islam yang benar contohnya seperti bom bunuh diri. Dari agama kita dikatakan orang yang bunuh dirinya sendiri akan masuk neraka, bagaimana lagi jika membunuh orang yang darahnya tidak halal untuk dibunuhnya. Syubhat merupakan penyakit yang melalui pemikiran seperti aliran-aliran agama Islam yang ada seperti di Indonesia ada mengaku jadi Rasul namanya Ahmad Mushoddiq, orang yang terkena penyakit Syubhat ini berat karena dia mengira yang dia lakukan benar. Sedangkan kalau orang yang terkena penyakit Syahwat dai tahu bahwa dosa yang dia lakukan.

            Allah SWT berfirman pada QS. Al-Baqarah : 10, yaitu

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Artinya: Pada hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambahkan penyakit pada mereka. Untuk mereka siksa yang pedih sebab apa yang mereka dulu dustakan.

Orang-orang munafik di dalam hati mereka ada penyakit dan Allah tambahkan penyakit tersebut makanya semakin susah mendapatkan hidayah, karena mereka menyimpang maka Allah simpangkan. Kalau mereka ingin mencari kebenaran niscaya Allah akan memberikan bimbingan kepada mereka. Jadi untuk mengatasi penyakit Syubhat caranya dengan ilmu, belajar yang benar.

Adapun Syahwat ini yang dimaksud adalah syahwat dunia, Allah SWT berfirman, “wahai istri-istri nabi kalian ini tidak sama dengan wanita-wanita lain kalau kalian bertakwa, jangan melemah-lembutkan perkataan maka orang yang dihatinya ada penyakit, dia akan berambisi jadi suka/tergoda dengan kita”. Kata Rasulullah Saw, “hati itu seperti bulu burung di padang pasir kalau tertiup angin maka bolak-balik”. Oleh karena itu Rasulullah Saw selalu berdo’a, “Ya Allah wahai dzat yang maha membolak-balikkan hati tetapkan hatiku di atas agama-Mu”. Nabi yang sudah dicuci hatinya masih mengatakan doa seperti ini apalagi kita Jama’ah.

Para ulama ketika berbicara tentang nafsu, mereka menceritakan bahwasannya nafsu kita itu adalah komandan/pemimpinya hati kita, kalau nafsunya sudah tunduk maka hati akan aman. Karena yang memberikan masukan kepada hati kita itu nafsu dan Allah mensifati nafsu “sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan”. Maka kita harus belajar dari bayi ketika masih kecil nangis menjerat-jerit ketika didekatkan ke air susu ibunya sunyi senyap tidak ada suara karena dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Kemudian jalan lari-lari nangis lagi lalu digendong ibunya ditaruh, subhanallah tidak ada suara. Malam hari lagi tidur ini anaknya nangis lalu ibunya sambil merem pegang kepalanya didekatkan ke dada ibunya maka bayinya diam. Sampai kapan bayi ini seperti ini? Sampai kita yang membuat dia tidak seperti itu lagi. Kalau tetap seperti itu maka sampai usia 5 tahun maka dia akan tetap nyusu dengan ibunya. Tapi kita harus berusaha untuk memisahkan dia.

Nafsu itu seperti bayi itu kalau tetap disusui padahal sebenarnya ketika kita memisahkan dia dari susu ibunya ada nikmat yang jauh lebih nikmat dari susu ibunya. Ketika bayi menyusui dia tidak pernah tahu nikmatnya buah mangga misalnya atau dengan jus-jus yang nikmat karena dia tahu yang nikmat adalah air susu ibunya. Maka sang ibu biasanya dia akan tega memisahkan anaknya karena apa? Karena sang ibu tahu ada yang lebih baik untuk anaknya setelah 2 tahun menyusui. Tapi biasanya anak tetap menangis, tidak mau makan terlihat kurus pada saat proses penyapihannya. Namun hanya dalam waktu 1 minggu anak tersebut sudah bisa lupa dengan rasa air susu ibunya hingga beralih ke susu botol, karena anak tersebut sudah dibiasakan. Nafsu kita pun seperti itu, ada kenikmatan yang jauh lebih nikmat daripada mengikuti nafsu itu tetapi terkadang kita tidak merasakannya. Bagaimana cara menempah jiwa kita untuk menundukkan nafsu kita?

1) Kita harus yakin dan bersabar, kalau kita yakin bisa maka insyaallah bisa. Tetapi jikalau kita ngomong ya Allah Ustadz, contohnya seperti orang perokok sebenarnya bisa berhenti merokok namun kadangkala perokoknya yang tidak yakin bisa berhenti dari rokok alasannya susah, ya kalau seperti ini bagaimana bisa berhenti merokok karena dari dianya sendiri sudah tidak yakin. Padahal banyak orang-orang berhenti merokok yakin bisa, bisa jama’ah subhanallah. Ustadz punya teman sewaktu haji tahun berapa ketika haji dia ngomong Ustadz, “ana ini meninggalkan yang haram-haram lainnya namun ana masih merokok Ustadz, ana mau berhenti”. Maka mulai dari hari itu hingga sekarang dia tidak pernah merokok lagi jama’ah. Memang berat yaitu sabar “dengan sabar dan keyakinan kedudukan yang tinggi dalam agama akan kita raih” tetapi kalau dengan malas-malasan umpamanya kita ke masjid jama’ah terkadang buat kita malas dan capek karena jaraknya jauh, biasanya kita untuk melatih diri kita agar terbiasa membutuhkan waktu seminggu, dua minggu, sebulan setelah itu ketika mendengar adzan dari masjid tidak bisa kita duduk diam saja dirumah karena hati sudah ada di mesjid jama’ah. Bahkan sebagian orang yang biasa sholat berjama’ah ke masjid lalu dia karena kesibukannya atau apa tidak sholat, dia kadangkala tidak sholat karena dia berfikir sudah sholat di masjid karena dia tidak biasa sholat dirumah, hatinya sudah ada di masjid dia lupa biasanya itu karena memang hati yang sudah ditempah dengan kesabaran dan keyakinan, insyaAllah bisa. Nafsu kita, bisa kita tundukkan karena nanti nafsu itu menjadi nafsu mudma’inah ketika mudma’inah baru masuk surga. Yaa ayyatuhannafsul mudma’inah irzi’I illah rabbiki radhiyatanmardhiya fadhulli fii’ibadih wadkhulli jannati.

Contoh yang lebih ekstrim ini yaitu burung Elang, para ulama memisalkan jiwa itu seperti burung Elang. Ada yang bisa dipegang oleh orangnya kemudian diletakkan di tangannya dilemparkan disuruh berburuh kelinci lalu kelinci tersebut dipegang lalu dibawa kemajikannya, kok bisa ya subhanallah. Padahal burung ini tidak mau dekat dengan manusia, dulunya kelihatan manusia dia terbang bahkan dia tidak mau tinggal di dekat tempat yang banyak manusia, dia tinggal di tempat yang jauh di gunung-gunung dalam hutan. Tetapi setelah ditempah, dididik itu burung bisa berhenti di tangan kita jama’ah ketika kita lemparkan dia pegang kelinci, burung elang tersebut tidak memakan kelinci itu hanya ditangkapnya, dia tahu ini buat majikanku yang baik kepadaku maka aku kasih ini untuknya. Burung Elang tersebut kita letakkan di tangan kita, dekat dengan kita dan tidak mau menggigit kita bahkan dilepas, dilemparkan datang lagi. Begitu pula dengan jiwa kita jama’ah, bisa kita tundukkan. Yang awalnya dia suka dengan kemaksiatan, suka berbuat dosa, kita bisa tundukkan dia sehingga dia tidak suka kecuali dengan ketaatan kepada Allah SWT. Dia mungkin yang biasa berbuat dosa maka dia akan ganti dengan “subhanallahu walhamdulillah walaailaahailallahu wallahuakbar”, dia kalau itu maka tenang hatinya. Game-game, judi-judi apa yang biasa dia mainkan, dia lupa bahkan kalau dia melihat kemaksiatan mungkin mau muntah karena dia tidak suka seperti burung elang tadi itu.

2) Kita bisa bersihkan jiwa kita karena Allah membantu kita, bisa menempah jiwa kita karena Allah SWT, Allah berfirman, “falahulah fadrullahi ‘alaikum warahmatuhu lakuntum minalkhasirin”. Andaikata bukan karena ‘fadrullah’ karunia Allah kepada kalian dan rahmat-Nya pasti kalian menjadi orang-orang yang merugi. Allah mengatakan di surahtun An-Nisa, di surah An-Nur ayat 10, 14, 20, dan ayat 21 yang berisi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

3) Do’a Nabi, salah satu do’a Nabi yang ‘muqollibalkhuluq’ itu kemudian do’a Rasul saw “Allahumma’atinafsi taqwaha wazakhkiha anta khairuman zakhkaha anta waliyuha wamaulaha tud’alamin” artinya ya Allah berikan kepada jiwaku ketakwaannya dan sucikan dia, Engkau sebaik-baiknya menunjukkan jiwa itu, Engkaulah yang memiliki jiwa itu ya Allah/ Engkaulah yang mempunyainya maka Engkaulah yang dapat membersihkannya.

4) Bercermin kepada Nabi, Nabilah husnul hasanah karena ada orang yang menyucikan jiwanya dengan cara-cara tidak islami tapi seakan-akan islami, seperti orang yang tidak mau makan daging, “tidak!” ada kelompok yang mereka tidak pemakan daging, “ana mau makan rumput Ustadz”. MasyaAllah supaya hatinya bersih jelas tidak bisa, Rasul saw makan daging jika ada jikalau tidak ada maka Nabi akan puasa. Jadi kalau ingin membersihkan jiwa kita, menata hati kita maka caranya bagaimana Rasulullah menata, jangan membuat aturan-aturan baru seperti umpamanya aku ingin menyucikan hatiku dengan bersemedi disebuah gua maka hal seperti ini tidak ada dalam Islam. Ustadz dulu itu Nabi bersemedi di gua Hiro, beliau ketika itu sebelum datang wahyu setelah datang wahyu “selesai!”. Nabi tidak ada lagi berangkat ke gua Hiro itu, “tidak ada!”. Itu merupakan ‘Tahannut’ yang memang ada di agama sebelumnya dan sekarang sudah diganti dalam agama Islam yang ingin membersihkan hatinya dengan bersemedi yaitu di masjid yang kita kenal dengan ‘itikaf (berpisah dari dunia), “na’am!”. Kita berangkat ke masjid ‘itikaf 10 hari Ramadhan tetapi tetap facebook, nah ini memang di masjid badannya namun pikirannya diluar sana, “tidak boleh!”. Berhenti semuanya kalau memang benar-benar mau ‘itikaf ya ‘itikaf. ‘Itikaf itu mentahbis/ menghabes (memenjarakan diri), tubuhnya di masjid dan hatinya kepada Allah. Itulah orang kalau ingin caranya Nabi ya itu ada memang yaitu ‘itikaf di masjid bukan di gua jama’ah.

Langkah-langkah agar hati kita bersih:

  • membenahi tauhid kita soalnya hati kita ini sebagai tempat tumbuhnya akar hasilnya/buahnya adalah amal perbuatan kita. Kalau hatinya bersih dengan tauhid maka semua amalannya insyAllah akan bersih. Allah SWT berfirman:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ﴿٢٤﴾تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. [Ibrahim/14 : 24-25]

Kalimat yang baik itu adalah “laaillahaillahu”. Jadi orang yang bertauhid, yang benar tauhidnya maka amalnya akan banyak, akhlaknya insyaAllah akan mulia karena hatinya sudah baik. Maka tauhid yang pertama yang perlu diperbaiki Ibnu Qayyim mengatakan “fa ashluma tadzku bihil khulukh wal arwa’ wal tauhid” dan pokok yang dengannya hati dan jiwa itu bersih yang pertama adalah tauhid kepada Allah SWT.

  • memperbanyak amalan-amalan sunnah dan kita sudah tahu kalau orang banyak amalan sunnah bakal dicintai oleh Allah SWT.
  • keluarkan zakat/ bayar zakat karena Allah mengatakan, “khudmin amwalihin sodaqohtan tutohiruhu watuzakhihi minnar”. Muhammad ambillah dari harta mereka itu sedekah zakat yang engkau dengan zakat itu membersihkan mereka dan menyucikan jiwa mereka. Jadi orang yang suka bersedekah, dia itu tidak takut miskin. Jiwanya ini terkadang cinta sama harta dan kita cinta sama harta, “ada yang tidak suka uang disini?” tanya Ustadz. Yang tidak suka dengan uang itu hanya arnab (kelinci), antum kalau kasih uang ke arnab maka dilihat sama dia, “ente tidak salah memberikan duit?” karena tidak suka. Tetapi kalau manusia subhanallah, cinta dengan harta tapi kita dipaksa untuk mengeluarkan dan itu bisa membersihkan jiwa kita. Jangan kita diperbudak dengan uang itu, “jangan!”. Kita ini terkadang untuk sedekah jama’ah sulit, karena cinta kita dengan harta tapi ingat itu termasuk jalan untuk membersihkan jiwa kita yang tempat istighfar, banyak-banyak istighfar, duduk kita, berdiri kita. Nabi itu di suatu majelis, satu kali duduk katanya Ibnu Abbas atau Ibnu Umar, dia mengatakan,”kuntu ‘audzulinnabi shalallahu’alaihiwassalam fii majlisin wahid wahuwa yabur allhummaghfirli watub’alaiya innaka antattauwabur ghafur”  ya Allah, Ibnu Abbas mengatakan, “aku menghitung Nabi di suatu majelis lagi kumpul, lagi diam, beliau itu membaca do’a rabbighfirli watub’alaiya innaka antattauwabur ghafur”. Ya Allah ampuni aku berikan taubatmu kepadaku sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penerima taubat.

5) Yang kelima dzikirullah ‘ala bidzikirillah taqwa innulqalum, dzikir subhanallah jama’ah antum rasakan seharilah ana mau kasih antum coba sehari umpamanya hari jum’at, antum coba hari itu tidak berhenti-henti berdzikir, istighfar, shalawat terus jangan berbicara kecuali ada perlu. Sehari saja antum akan merasakan bagaimana kondisi jiwa antum karena Allah mengatakan, “mandzakarni binafsih bidzakartuhu binafsih” Allah akan ingat kita jama’ah. Kita sampai mati sebenarnya kita berdzikir namun paling tidak kita ini kan ingin merasakan betul atau tidak, yakinlah “betul!” maka cobalah. InsyaAllah hari-hari kita akan penuh dengan kebahagiaan dan ketenangan karena Allah berfirman, “waman yaksyu’an dzikirahmanu qayyib lahusyaitonan fahuwalahu qarim” barang siapa yang berpaling dari dzikirahman mengingat Ar-rahman maka kita akan jadikan teman dia syaitan yang menemaninya.

6) Yang keenam sering mengingat kematian, kita ini kalau mengantarkan jenazah terkadang di beberapa negeri itu tidak semuanya ketika memakamkan jenazah itu pada tertawa, bercerita-cerita subhanallahu di kuburan tempatnya mengingat kematian maka sekali-sekali kita ke kuburan. Ana mau tanya, “antum kapan terakhir kali ke kuburan untuk ziarah kubur bukan mengantarkan jenazah?”. Tiga minggu yang lalu masyaAllah, Alhamdulillah masih tiga minggu, “ada yang setahun tidak ziarah kubur?”. Ibu-ibu ada khilaf diantara para ulama tentang ibu-ibu, “apakah ibu-ibu diperbolehkan ziarah kubur?” pendapat zumhur ulama diperbolehkan asalkan tidak dijadikan kebiasaan dan ibu-ibu jikalau ingin berziarah kubur adabnya dijaga. Misalnya ziarah kubur pakai parfum dengan lipstiknya, ente mau ingat mati atau ingat hidup? Tujuan ke kuburan itu untuk ingat mati maka pakai pakaian yang syar’i dan disana untuk mengingat mati. Para ulama mengatakan dengan sabda Rasul saw, “kuntunahai tukum anziarohati kubur ‘ala tazruha fainnahatirur akhiroh” dulu aku pernah melarang kalian ziarah kubur kata Nabi, sekarang ziarahilah kuburan karena dia mengingatkan akhirat. Karena untuk mengingat akhirat ini kita boleh untuk menziarahi kuburan orang kafir, Imam Nawawi mengatakan tidak apa-apa tetapi bukan untuk dido’akan untuk ingat mati. Umpamanya ziarah kubur tanpa safar/perjalanan orang yang paling kaya di tempat tersebut kemudian mati, ana mau datang ke kuburannya mau lihat ternyata duitnya tidak ada yang dibawa kuburannya hanya segitu ukurannya. Itu kita akan masyaAllah orang yang kaya raya tidak dibawa mati duitnya jadi untuk mengingat akhirat kita.

7) Yang ketujuh tutup segala pintu yang merusak hati, jadi hati kita ini ada pintu-pintunya. Pintu-pintu hati kita itu adalah panca indera kita (mata, pendengaran, dll) harus ditutup, jangan melihat yang merusak hati kita, jangan mendengarkan yang merusak jiwa kita. Kalau kita lepas umpamanya mau melihat ada wanita yang sedang lewat didepan kita masyaAllah lihat tidak ya? Sekali lihatlah, subhanallahu ketika dia buka maka langsung masuk ke hati. Dalam sebuah hadist dikatakan pandangan itu adalah anak panah iblis yang beracun, kalau tidak beracun terkena di tangan misalnya maka lukanya hanya ada di tangan lalu dikasih obat selesai. Tetapi kalau beracun jama’ah itu mengalir kesemua tubuh kita akan susah sembuhnya maka tutup pintu untuk merusak hati kita itu kemudian kita sering duduk bermuhasabah, mengingat apa yang sudah kita lakukan, ingat dengan dosa-dosa kita. Allah berfirman, “yaa ayyuhalladzi na’amanutakullah waltandumnafsum makoddamdhirat watakullah innallah khatiruh bimata’malu” wahai orang beriman bertakwalah kepada Allah hendaklah jiwa itu melihat, apa yang telah ia persiapkan untuk hari esoknya.

8) Dan yang terakhir tanda orang yang hatinya bersih yaitu dia sering bertaubat kepada Allah. Kalau dia berbuat dosa kepada Allah maka dia langsung bertaubat kepada Allah, itu berarti hatinya baik/sehat. Kemudian dia tidak berhenti berdzikir kepada Allah. Yang ketiga kalau dia kehilangan ibadah maka dia akan sedih, umpamanya dia tidak berjama’ah ke masjid karena ketiduran maka penyesalannya akan sangat besar memikirkan betapa banyaknya pahala yang telah lewat untuk diperolehnya dari mulai pahala langkah menuju masjid hingga selesai sholat berjama’ah di masjid bisa 27 pahala dia peroleh sedangkan di rumah hanya 1 pahala ya Allah. Ada orang yang hatinya penuh dengan dunia kehilangan duit dia susah tetapi kalau kehilangan sholat biasa-biasa saja. Yang keempat dia merasakan nikmat ketika beribadah, ketika sholat nikmat sekali. Ada orang yang sholat tapi tidak merasakan apa-apa. Yang kelima kalau dia masuk ke dalam ibadah kepada sholat hilang semua urusan dunia, kegundahan. Nabi kalau ada pasal yang pelik langsung sholat maka orang seperti itu yang kalau dia merasakan kenikmatan dalam sholat insyaAllah dia hatinya bersih wallahu’alam bissawab.

Mungkin itu saja yang dapat kita kaji pada kesempatan kali ini kalau benar itu dari Allah SWT, kalau ada yang salah itu diri saya sendiri, Allah dan Rasul terbebaskan dari kesalahan itu. Fadhol astaghfirullah…

Sumber : Ustadz Syafiq Riza Basalamah


Posted

in

by