Jujur dan professional, kedua sifat ini tidak dapat dipisahkan untuk meniti sebuah jalan yang menuju kepada kesuksesan di muka bumi ini. Tentu banyak sekali perangkat-perangkat yang dibutuhkan tetapi perangkat yang termasuk utama adalah 2 hal ini. Kalau ada orang jujur namun tidak professional di bidangnya maka juga kurang baik karena dia boleh saja jujur tetapi dia tidak menguasai di bidangnya sementara Nabi ﷺ bersabda di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al-Baihaki, “Allah sangat suka seorang hamba yang kalau dia mengerjakan suatu perbuatan, dia menguasainya”.
Dan juga Nabi ﷺ bersabda dalam hadist Bukhari, “Kalau seandainya sebuah perkara dikembalikan bukan pada ahllinya maka tunggulah kehancuran”. Begitu juga orang yang professional tetapi tidak jujur, ini juga tidak akan baik hasilnya. Berapa banyak orang yang professional di bidangnya, ahli di segala macam bidang yang mungkin bisa meningkatkan kualitas sebuah perusahaan misalnya atau sebuah Lembaga atau negara tetapi tidak jujur maka juga tidak berimbang.
Maka dalam Islam, dua hal ini adalah sifat yang disatukan dan tidak bisa dipisahkan. Sementara jujur adalah sebuah perangai utama setiap Muslim bahkan dia tingkat yang sangat tinggi di muka bumi ini dari karakter yang Allah سبحانه وتعالی perintahkan setiap Muslim untuk memilikinya. Nabi ﷺ menitik beratkan seluruh kesuksesan ada di kejujuran itu, beliau bersabda hadistnya dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, “Kalian harus jujur”, semua umat Islam tidak ada terkecuali. Jujur dalam berumah tangga, jujur dalam berteman, jujur dalam pekerjaan, jujur dalam berbisnis, jujur dalam semua hal.
Rasulullah mengatakan, “Karena kejujuran pasti akan membawa pada kebaikan, kesuksesan, seluruh keberhasilan”. Dan Nabi ﷺ melanjutkan mengatakan, “Dan kebaikan-kebaikan itu yang dipicu oleh kejujuran akan membawa kedalam surga. Seseorang itu terus jujur dan berusaha terus untuk jujur sampai dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur”. Artinya untuk jujur itu memang memerlukan upaya kekuatan iman, kebersihan dan kesucian jiwa untuk jujur.
Para Ulama mengatakan untuk membangun karakter ini, kalau seandainya ada orang lapar lalu ditanya, “Apa kamu lapar?”, Karena dia malu lalu dia mengatakan, “Tidak”, ini sudah bohong. Dia sudah mencoreng kejujurannya seharusnya dia mengatakan, “Iya, saya lapar”. Seorang mukmin apa yang nampak di wajahnya itulah yang ada dalam hatinya, apa yang ada dalam hatinya itulah yang nampak di wajahnya. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi di wajahnya. Apa adanya semuanya diucapkan dan bertolak belakang sekali dengan lawan orang-orang mukmin yaitu orang-orang munafik yang hidupnya semuanya samar/ tidak jelas, kebohongan, manipulasi.
Lalu Nabi ﷺ mengatakan, “Hati-hati kalian dengan dusta”, makna lainnya tinggalkan semua jenis dusta. Jangan bilang karena demi kebaikan, seorang mukmin tidak ada istilah seperti itu. Yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar. Jujur semuanya, kata Nabi ﷺ, “Tinggalkan semua kebohongan karena kebohongan akan membawa kepada kerusakan (kriminal, kesalahan-kesalahan, hal-hal yang negative, kemunduran, kegagalan)”. Dan ini sunnatullah, ini sistem yang Allah buat, tidak akan berubah hingga hari kiamat yang jujur akan selamat dan yang bohong akan celaka.
Sehebat apapun anda mengatur sebuah tipu daya untuk menyembunyikan perbuatan bohong anda, Allah akan membukanya jadi jangan pernah merasa hebat. Lalu di akhirat apa yang terjadi jika berbohong? Kata Rasulullah ﷺ, “Dan karena dusta akan membawamu nanti di akhirat ke neraka dan seseorang terus saja berbohong dan berusaha berbohong sehingga sulit dibedakan orang ini kapan jujurnya sampai Allah akan catat disisi-Nya sebagai pendusta, sampai orang ini tidak akan bisa lagi jujur”.
Manusia yang dipegang adalah lisannya kalau sudah lisan rusak dengan kebohongan-kebohongan lalu apa yang diharapkan? Tidak ada nilainya di sisi Allah dan di dalam masyarakat Allah akan permalukan dia kalau dia pendusta tetapi kalau dia jujur walaupun dia orang biasa maka akan Allah tinggikan derajatnya. Jujur merupakan ketenangan jiwa. Hadist ini diriwayatkan Ahmad jilid I halaman 384 dan juga diriwayatkan Bukhari no. 6094.
Allah sebutkan orang-orang yang disebabkan kejujurannya sukses itu pasti akan mendapatkan nikmat di dunia dan di akhirat, dalam surah Al-Infitar(82) ayat 13 – 14:
اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍۙ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,
وَّاِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ
Artinya:
dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.
Orang-orang yang mulai membuat kebohongan-kebohongan (manipulasi data, kriminal) maka dirinya akan ketakutan sendiri walaupun dia berada di rumah yang mewah, di mobil yang mewah, selalu ketakutan. Tetapi orang yang jujur selalu tenang, hidupnya bahagia karena tidak ada sesuatu yang perlu dia khawatirkan. Allah memerintahkan kita dalam Al-Qur’an surah At-Taubah(9) ayat 119:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.
Orang-orang beriman selalu patuh kepada Allah dengan meninggalkan yang haram dan menikmati yang halal, yang diperintahkan dikerjakan dan yang dilarang di jauhi dan semua yang Allah perintahkan pasti baik. Jujur, amanah, tanggung jawab, bakti kepada orang tua, jenguk orang sakit, bantu orang susah, sillaturrahim keluarga, semua kebaikan dan semua punya keutamaan (fadhillah). Dan semua yang Allah larang yatiu bohong, menipu, mencuri, membunuh, menggunjing, memfitnah, memukul, semua yang tidak baik dilarang.
Jadi Allah menyuruh kita bertakwa, patuh kepada Allah kalau orang patuh kepada Allah, orang mukmin dan mukminah maka dia akan menjadi orang baik karena semua yang diperintahkan adalah kebaikan dan yang dilarang semua keburukan. Dan selalulah kamu bersama orang-orang yang jujur. Kemudian dalam surah Al-Ahzab(33) ayat 35:
اِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمٰتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْقٰنِتٰتِ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالصّٰدِقٰتِ وَالصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰبِرٰتِ وَالْخٰشِعِيْنَ وَالْخٰشِعٰتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقٰتِ وَالصَّاۤىِٕمِيْنَ وَالصّٰۤىِٕمٰتِ وَالْحٰفِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَالْحٰفِظٰتِ وَالذَّاكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّالذَّاكِرٰتِ اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
Artinya:
Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Laki-laki yang suka jujur dan perempuan yang jujur maka bahagia sekali mereka. Kita tidak membahas masa lalu kita, pada saat kita belajar seperti ini, kita berbagi ilmu untuk berbicara kedepan. Tujuan kita membuat judul seperti ini agar lebih meresapi lagi kalau sebelumnya kita belum menerapkan sekarang kita akan siap menerapkan. Kalau kemarin kita sudah terapkan sekarang kita lebih istiqamah/ konsisten menjaganya karena ini keberhasilan makanya kita mulai dari hadist tadi sukses dunia dan akhirat.
Begitu juga Allah سبحانه وتعالی memastikan dalam surah Muhammad(47) ayat 21:
طَاعَةٌ وَّقَوْلٌ مَّعْرُوْفٌۗ فَاِذَا عَزَمَ الْاَمْرُۗ فَلَوْ صَدَقُوا اللّٰهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۚ
Artinya:
(Yang lebih baik bagi mereka adalah) taat (kepada Allah) dan bertutur kata yang baik. Sebab apabila perintah (perang) ditetapkan (mereka tidak menyukainya). Padahal jika mereka benar-benar (beriman)/ jujur kepada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.
Ada sebuah statement yang menarik tentang jujur ini yang dinukil dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah, salah satu Ulama Muslim yang wafat tahun 751 H berkata, “Jujur itu adalah sebuah kedudukan di suatu komunitas yang paling agung yang darinya bersumber kedudukan-kedudukan orang-orang yang berjalan menuju kepada Allah sekaligus sebagai jalan terlurus yang barang siapa tidak berjalan di atas kejujuran maka mereka itulah orang-orang yang akan binasa, sehebat apapun dia memanipulasi kebohongannya akan terbongkar dengannya pula dapat dibedakan antara orang-orang munafik dengan orang-orang yang beriman”. Orang munafik berwajah dua bisa tersenyum tetapi hatinya menggerutu atau sebaliknya wajahnya ikut prihatin atas kesulitan seseorang namun di dalam hatinya berbahagia melihat penderitaan orang.
Karena orang-orang beriman jujur sedangkan orang-orang munafik dusta, kata Rasulullah ﷺ, “Tanda-tanda orang munafik ada 3 yaitu kalau dia berkata pasti dia dusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya dia mengkhianati”. Kata beliau dengan jujur inilah dapat dibedakan antara orang-orang munafik dan orang-orang yang beriman, para penghuni surga dan para penghuni neraka.
Kejujuran ibarat pedang Allah di muka bumi, tidak ada sesuatupun yang diletakkan diatasnya melainkan akan terpotong olehnya. Dan tidaklah kejujuran menghadapi kebatilan melainkan ia akan melawan dan mengalahkannya serta tidaklah ia menyerang lawannya melainkan ia akan menang. Barang siapa yang menyuarakannya, niscaya kalimatnya akan tedengar keras mengalahkan suara musuh-musuhnya. Kejujuran merupakan ruh amal, penjernih keadaan, penghilang rasa takut dan pintu masuk bagi orang-orang yang akan menghadap kepada Rabbnya Yang Maha Mulia, mendapat keridhaan dunia dan akhirat.
Kejujuran merupakan pondasi bangunan agama Islam dan tiang penyangga keyakinan. Tingkatannya tepat berada dibawah kenabian yang merupakan derajat paling tinggi di alam semesta. “Penghuni surga tertinggi dari nabi-nabi, dari orang-orang yang jujur (shiddiq), orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shalih”. Dari tempat tinggal para nabi di surga mengalir mata air dan sungai-sungai menuju ke tempat tinggal orang-orang yang jujur sebagaimana dari hati para nabi ke hati-hati mereka di dunia ini terdapat penghubung dan juga penolong.
Allah menyebutkan juga dalam surah Al-Ahzab(33) ayat 24:
لِيَجْزِيَ اللّٰهُ الصّٰدِقِيْنَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ اِنْ شَاۤءَ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاۚ
Artinya:
agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima tobat mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Allah juga menyebutkan dalam surah Az-Zumar(39) ayat 33:
وَالَّذِيْ جَاۤءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهٖٓ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
Artinya:
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa.
Jujur ini merupakan sifat para nabi karena kejujuran merekalah maka mereka dinobatkan menjadi para nabi. Yang paling dekat adalah Nabi Muhammad ﷺ, beliau punya julukan Al-Amin merupakan orang yang sangat terpercaya karena kejujurannya. Sampai pernah Nabi ﷺ naik ke sebuah bukit sewaktu beliau disuruh menyampaikan dakwah Islam ini kepada orang Mekkah. Beliau naik ke sebuah bukit Abi Qubais lalu kemudian beliau berkata, “Wahai Quraisy kalau seandainya saya mengatakan dari belakang gunung ini (ada gunung besar dekat pintu gerbang Mekkah) ada pasukan yang akan menyerang kalian, apakah kalian percaya?” maka serentak semuanya yang hadir pada saat itu mengatakan, “Tentu saja karena kami belum pernah menemukan engkau berbohong sekalipun”.
Maka kata Nabi ﷺ, “Ketahuilah aku adalah utusan Allah, diantara kedua tanganku ada siksaan yang pedih kalau kalian menolak bisa masuk neraka”. Walaupun Quraisy menolak dakwah beliau pada saat itu dan akhirnya nanti banyak yang beriman tetapi Nabi ﷺ diakui oleh penduduk Mekkah. Dan ingat Nabi ﷺ mengatakan dalam hadist yang shahih riwayat Tirmidzi no. 2518, “Jujur itu pasti membawa ketentraman, ketenangan, kebahagiaan dan kedustaan akan membawa kepada keragu-raguan, kebimbangan, kegelisahan”.
Kalau anda seorang Muslim maka anda punya rukun iman yaitu yang pertama iman kepada Allah, Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Mengetahui, dan sifat-sifat Allah yang lainnya (Asmaul Husna). Kata Allah سبحانه وتعالی dalam Al-Qur’an, “Allah tidak tersembunyi apapun yang di langit dan di bumi”. Allah tahu semuanya bahkan dalam ayat lain Allah mengatakan, “Allah itu apa yang dikhianati oleh mata dan Allah tahu apa yang tersembunyi di dalam hati manusia”. Kalau anda sudah sampai pada tingkat level yakin Allah mengawasi anda dan anda akhirnya lebih mendahulukan Allah daripada makhluknya.
Anda dahulukan Allah dari atasan anda, dari partner bisnis anda, daripada pasangan hidup anda, daripada anak anda, tidak ada kebohongan semuanya kejujuran karena Allah mengawasi saya maka anda akan bahagia. Disitu anda akan sampai pada puncak kebahagiaan dan yakinlah bahwa setanlah yang membuat anda ragu untuk mengucapkan kejujuran tersebut sehingga akhirnya seakan-akan kita ketakutan. Tanyakan kembali ketakukan sama siapa, apakah sama anak, istri, teman, atasan atau partner bisnis? Kenapa harus takut sama mereka? Dan anda lupakan sang pencipta Allah pemilik langit dan bumi yang anda tidak takuti? لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّة َاِلَّا باِللهِ
Kita mengubah diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya, betul-betul apa yang Nabi ﷺ bahasakan ini kebenaran. Tidak ada beban hidup kita dengan kejujuran, jujur dengan perkataan, jujur juga dalam niat, jujur dalam tekad, jujur semuanya. Jadi kalau anda mengatakan, “Kalau Allah berikan saya harta maka akan saya sedekahkan, kalau saya diterima kerja disini saya akan mengabdi kepada perusahaan tersebut, kalau kamu menjadi partner bisnis saya maka saya akan betul-betul bekerja serius”, jujur tidak boleh kita main-main. Jangan setelah memperoleh apa yang kita inginkan lalu kita menipu orang.
Untuk apa membawa lari uang 1 M atau 2 M?, setelah hal itu nama anda rusak dan Allah pasti punya cara menghukum anda dan belajarlah dari kejadian-kejadian yang sudah berlalu dari hidup anda. Kita harus jujur dalam segala hal dan itu merupakan kebahagiaan yang luar biasa. Mari kita renungi juga bagaimana dalam berdagang misalnya, kata Nabi ﷺ kepada para pedagang, “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang-orang Fajir”. Banyak kejahatan terjadi dalam hidupnya dari transaksi, manipulasi, banyak pintu kebohongan yang dapat terbuka dari berdagang kecuali pedagang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur”, hadist ini shahih diriwayatkan oleh Trimidzi.
Apalagi dengan kejujuran dalam berdagang ini mendatangkan keberkahan. Sabda Rasulullah ﷺ yang lain, “Dua orang yang sedang bertransaksi (penjual dan pembeli) masing-masing memiliki hak khiar (pilihan untuk melanjutkan transaksi atau membatalkan transaksi selama mereka berdua belum berpisah) atau sampai mereka berpisah kalau keduanya berlaku jujur dan saling transparan maka Allah memberkahi transaksi keduanya. Jika keduanya berdusta dan saling menutup-nutupi niscaya akan hilanglah keberkahan transaksi bagi keduanya”, hadist ini shahih riwayat Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1535.
Dan ada ancaman bagi orang yang berbohong dalam transaksi ini disebutkan dalam sebuah hadist kata Nabi ﷺ, “Tiga golongan yang Allah tidak ajak bicara mereka hari kiamat, Allah juga tidak akan melihat pada mereka, tidak akan menolong mereka (ditimbangan amal kalau dosanya lebih banyak daripada amal shalihnya) dan Allah siapkan siksaan yang pedih. Yang pertama orang yang suka sebut-sebut kebaikannya, orang yang memanjangkan pakaiannya karena sombong (bagi laki-laki sampai dibawah mata kakinya) dan yang ketiga yaitu orang yang menjual barangnya dengan sumpah dusta”.
Pernah suatu kali Nabi ﷺ (dalam sebuah riwayat yang shahih) melewati pasar ada seorang pedagang yang meletakkan dagangannya di depan tokonya lalu Nabi ﷺ masukkan tangannya ke bagian dalam ternyata ada bagian yang basah maka kata Nabi ﷺ, “Apa ini wahai pedagang makanan? Maka dia mengatakan makanan terkena air hujan ya Rasulullah lalu kata Nabi ﷺ mengapa tidak kau letakkan di bagian makanan di bagian depan? (terlihat dengan memisahkan yang mana kualitas yang masih bagus dengan kualitas yang kurang bagus agar orang melihatnya) Ketahuilah barang siapa menipu maka dia bukan dari golongan kami”. Jadi itu merupakan peringatan yang luar biasa dari Nabi ﷺ dari hadist riwayat Muslim.
Sumber: Ustadz Khalid Basalamah
Leave a Reply