Nanti ketika orang-orang masuk surga Allah akan mengatakan kepada mereka, “kalian makan, kalian silahkan minum dengan nikmat dan penuh kenyamanan disebabkan apa yang kalian lakukan pada hari-hari kosong yang masa lalu itu”. Artinya semua orang itu memiliki kesempatan yang sama untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, tinggal kita yang mau atau tidak memanfaatkan nikmat itu. Rasulullah ﷺ mengarahkan umatnya untuk mensyukuri dua nikmat yang kadangkala kita lupa untuk mensyukurinya yaitu sehat dan waktu luang.
Sebenarnya orang-orang yang belum mendapatkan pekerjaan itu merupakan nikmat atau musibah? Ini nikmat, dia daftar kesana ditolak, daftar disana ditolak, berarti ngapain dia? Berarti tidak ngapa-ngapain dia. Artinya kalau ada pekerjaan dia berarti harus berangkat jam 7 pagi sampai jam 4 sore atau bahkan sampai malam hari. Sekarang mumpung belum dapat kerja berarti sedang memperoleh nikmat.
Waktu kosong inilah yang kadangkala orang salah memanfaatkannya karena setiap ada waktu luang/ kosong digunakan untuk istirahat padahal seharusnya waktu ini kita gunakan untuk menambah amalan kita. Bukan malah berhenti, artinya ada orang ketika waktu kosong seakan-akan jamnya itu berhenti untuk memasukkan amalan-amalan kepada pundi-pundi yang sudah dia siapkan berhenti. Ketika waktu kosong ditutup lemarinya dengan asumsi tidak mau beramal lagi saat libur, hanya mau beramal ketika waktu kerja saja. Tentu tidak demikian karena itu merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah ﷻ, tinggal bagaimana kita memanfaatkan nikmat itu.
Allah سبحانه وتعالی bersumpah dengan waktu di dalam Al-Qur’an Nur Karim di banyak ayat, “demi masa/ demi waktu ashar, demi waktu dhuha, demi waktu fajar”. Maka Ashar itu menyempurnakan waktu tadi, kita sebut saja biasanya orang-orang di waktu Ashar itu santai, dimasa dulu saat selesai Ashar duduk sambil ngopi/ ngeteh lalu makan pisang goreng, sudah santai sambil menunggu waktu Maghrib. Ada orang yang tidak memanfaatkan waktu itu. Thoyyib, ada juga yang menerjemahkan demi masa, Allah tidak akan bersumpah kecuali untuk sesuatu yang sangat penting tetapi kita tidak mementingkannya. Maka manfaatkan kesempatan selagi ada, apapun, dimanapun kita berada, kita selalu berusaha memberikan manfaat untuk diri kita dan untuk umat.
Rasul ﷺ ketika ditanya, manusia seperti apa yang paling dicintai oleh Allah? Kata Rasul ﷺ, “orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain”. Bukan untuk diri sendiri, banyak diantara kita bekerja untuk diri sendiri, wallahu’alam. Ada orang-orang yang sudah sampai titik kekayaannya sudah cukup sebenarnya, anak-anaknya udah lepas semuanya. Untuk diri sendiri dia kumpulin duit lalu dia tinggal, tidak bermanfaat sama sekali duit yang dia kumpulkan karena ditinggal.
Rasul ﷺ mengatakan, “yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat orang lain”. Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan tentang bagaimana kita memanfaatkan waktu dan kesempatan, “apabila kiamat terjadi dan ditangan salah seorang kalian itu ada tunas pohon kurma kalau dia bisa untuk tidak bangun/ tidak beranjak dari tempat itu kecuali dia menancapkan tunas itu dulu maka lakukanlah ”. Artinya orang itu hidup melihat bintang-bintang berjatuhan, dia melihat lautan menjadi api, dia melihat bumi digetarkan, dia melihat segala sesuatu yang menakutkan pada hari itu. Tentu orang berfikir apa gunanya kita tancapkan tunas pohon kurma ini ketika kiamat sudah terjadi, mungkin kita berfikir buang saja tunas yang ada ditangan kita karena akan hancur tetapi tidak demikian.
Nabi ﷺ menanamkan didiri para sahabatnya bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada. Karena ketika tunas pohon kurma tersebut kita tancapkan maka ini terhitung amal shalih untuk kita meskipun tanaman tersebut jadi tumbuh ataupun tidak. Maka terkadang cerita orang dulu ketika dia sudah sepuh lalu dia tanam pohon mangga atau pohon kelapa, kata orang-orang untuk apa menanam itu karena sudah mau mati tentu tidak akan merasakan hasilnya namun orang tersebut percaya bahwa dia menanam itu untuk generasi selanjutnya. Artinya itu masih ada harapan jadi orang yang melakukan hal itu biasa saja, sedangkan jika saat kiamat terjadi artinya yang kita tanam tidak berguna untuk orang karena akan hancur lebur ketika kiamat terjadi tetapi Allah menghitung kita berusaha dan memanfaatkan waktu.
Ketika kita dibangkitkan pada hari kiamat maka pohon kurma yang kita tanam tersebut ada ditimbangan kebaikan kita. Subhanallah, maka hendaklah kita benar-benar memanfaatkan kesempatan yang ada. Ibnul Jauzih Rahmatullah’alaihi pernah memberikan wasiat kepada anaknya mengatakan, “wahai Ananda ketahuilah hari itu membentangkan waktu, jam-jam dan jam-jam itu membentangkan nafas dan setiap nafasmu itu adalah pundi kebajikan maka hati-hati bila nafasmu itu pergi tanpa ada manfaatnya kemudian engkau pada hari kiamat melihat ternyata kotak amalmu kosong”.
Nabi ﷺ mengatakan, “barang siapa yang mengatakan subhanallahil’adzim wabihamdihi akan Allah tanamkan bagi dia 1 pohon kurma di surga”. Kita pernah atau tidak sesemangat mencari sekarang banyak di Indonesia kampung kurma, 1 pohon kurma kecil katanya Rp. 400.000,- kita bayar. Tetapi kenapa 1 pohon kurma di surga tidak kita lakukan? Jadi kalau ada tawaran di depan kita ini saat kita punya uang Rp. 100.000.000,- maka tentu kita akan membelinya sebanyak mungkin karena berharap kedepan pohon itu besar lalu harganya lebih mahal dan berbuah.
Satu pohon kurma di surga lebih baik dari dunia dan isinya dan ini masalahnya waktu, kita punya. Kita duduk kadangkala bengong apalagi masa sekarang ini ketika banyak sarana yang membuat kesempatan kita sia-sia/ waktu kita habis tanpa manfaat. Ada orang yang pegang HP sampai 1 atau 2 jam hanya melihat, bengong dan hanya tangan yang bergerak menscroll layar HPnya lalu tanpa disadari adzan kemudian ketika adzan pun masih bermain HPnya. Kenapa kita mensia-siakan kesempatan ini? Kita bisa sambil duduk memperoleh 1 pohon kurma di surga.
Dulu ibu-ibu sambil masak sambil bershalawat, menambah amalan sedangkan sekarang sambil masak sambil pegang HP video call dengan sohibnya membicarakan orang. Benar-benar waktu kita itu hilang tanpa manfaat, banyak sekali amal-amal kebajikan yang bisa mengisi nafas kita karena modal manusia hidup itu bukan harta. Kemudian jangan jadi pengangguran, ada orang yang kerjanya ngobrol selepas Isya sampai malam atau bahkan Subuh. Rasulullah ﷺ itu membenci tidur sebelum Isya dan ngobrol setelah Isya dalam hadist riwayat Bukhari Muslim. Artinya dibenci karena itu waktu sebenarnya bukan waktu tidur sebelum Isya ini. Kita punya kewajiban melaksanakan shalat Isya kalau kita tidur maka kita bisa ketinggalan shalat Isyanya. Kalau ngobrol setelah Isya jadi bergadang karena mengobrol dengan teman-teman tidak ada habisnya.
Nabi ﷺ selesai shalat Isya, selesai mengurus umat, beliau datang ke rumahnya untuk mengobrol dengan istrinya setelah itu tidur. Disini kita bagi-bagi waktu, waktu untuk keluarga juga ada. Ada tiga unsur waktu yang sangat khusus yang sepertinya tidak ada di tempat lain, yang pertama waktu itu cepat pergi maka nanti orang-orang ketika terjadi kiamat dan mereka dibangkitkan dari kuburnya akan mengatakan sepertinya kita hidup di dunia hanya sebentar, mungkin hanya 1 jam karena cepat sekali waktu itu pergi. Kapan kelihatan cepat? Ketika sudah berakhir. Contohnya ketika kita sekolah sampai tamat kuliah ketika mau pulang kampung sepertinya baru kemarin masuk sekolah sekarang sudah tamat. Padahal orang-orang kalau mendengar kita bersekolah sampai tamat hingga 15 tahun dikatakan lama sekali, ternyata bagi kita hanya sebentar.
Kita lihat orang-orang yang berangkat haji ketika berangkat memikirkan selama 40 hari lama sekali waktunya kembali ke tanah air lagi. Kemudian ketika hari terakhir di Mekah tidak menyangka karena merasa seperti baru kemarin pesawatnya landing. Umur kita di dunia sama seperti itu, waktu kita yang Allah berikan itu maka cepat selesai.
Yang kedua waktu itu tidak mungkin kembali/ tidak akan kembali. Dan tidak ada mesin waktu, kita dibohong-bohongi ada mesin waktu katanya bisa kembali ke masa lalu. Ada orang-orang yang mengatakan andaikata masa muda itu bisa kembali maka tentu akan memberitahukan kita apa yang terjadi pada orang yang sudah sepuh tetapi tidak ada. Makanya kita paling tidak ambil manfaat dari orang-orang yang sepuh, duduk dengan mereka, minta nasihat mereka karena mereka sudah merasakan terlebih dahulu kehidupan di dunia ini/ mereka lebih berpengalaman.
Sebagai contoh orang sepuh yang bercerita hanya tamatan SD dan hanya hafal surah pendek hingga usianya 50 tahun. Tidak ada perkembangan sama sekali, 50 tahun umurnya hilang seakan-akan tidak ada hunbungan dengan Al-Qur’an Nur Karim. Tetapi kalau duit, Allahuakbar, kita kadang kala lari untuk mengumpulkan duit dengan waktu kita maka ingat waktu itu tidak akan kembali. Tinggal kita yang akan memanfaatkan waktu yang ada seperti apa.
Dan yang ketiga waktu itu lebih mahal daripada harta. Jika harta kita hilang maka kita bisa mencarinya/ mengembalikannya lagi, berapa banyak orang yang bangkrut bisa berhasil dan maju kembali usahanya. Tetapi waktu jika kita kehilangan masa muda kita misalnya kita tidak pernah ke masjid, apakah bisa kita ganti? Maka hilang kesempatan yang diberikan Allah saat masa muda kita untuk berangkat ke masjid. Maka kalau kita bicara waktu, waktu itu lebih mahal daripada uang dan orang barat menghargai waktu dengan uang. Al-Imam Syafi’i mengatakan, “aku pernah kumpul dengan orang-orang Sufi, aku hanya mendapat dua manfaat salah satunya perkataan mereka, waktu itu seperti pedang jika engkau tidak memanfaatkannya maka dia akan memotongmu”. Tidak seperti uang, jika seperti uang berarti waktu bisa diganti, namun tidak demikian.
Tadi kekhususan waktu, waktu berlalu begitu cepatnya, tidak bisa balik dan waktu lebih berharga daripada uang.
Sumber: Ustadz Syafiq Riza Basalamah