Apa yang menyebabkan orang sombong? Diantaranya Al-Ghazali Rahimahullah ketika menyebutkan sebab-sebab sombong yang pertama yaitu ilmu. Ilmu paling cepat membuat orang sombong, benar kita tahu bahwa harta bisa membuat orang sombong, nasab bisa membuat orang sombong, jabatan bisa membuat orang sombong, suku bisa membuat orang sombong tetapi diantara semua itu yang paling cepat membuat sombong adalah ilmu. Karena begitu orang memiliki ilmu dia merasa lebih tinggi daripada yang lainnya, hal ini sangat berbahaya.
Kata Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, “ilmu itu membuat orang takut kepada Allah”. Siapa yang menuntut ilmu dan ilmunya tidak membuat dia semakin takut kepada Allah ketahuilah ternyata niatnya tidak baik atau ada sesuatu penyakit di dalam hatinya, semakin menuntut ilmu semakin sombong. Sombong dengan hafalannya, sombong dengan guru-gurunya yang banyak, sombong dengan kecerdasannya dalam berorasi, melihat orang lain lebih rendah/ meremehkan dan sombong-sombong lainnya. Naudzubillah
Jangan sampai kita ujub dengan ilmu yang kita miliki, kita harus tahu diri bahwasannya disana banyak orang berilmu, agama bukan hanya dai-dai disini penolongnya namun masih banyak dai-dai lain disana sehingga tidak ada kita pun tidak masalah. Kita bisa punya ilmu, kita bisa berdakwah seharusnya kita bersyukur kepada Allah bukan sebaliknya. Kita memiliki ilmu untuk tawadhu’ bukan berbangga-bangga/ sombong, tugas kita menyampaikan kebenaran kepada masyarakat tanpa disertai kesombongan.
Apa ciri-ciri orang yang sombong dengan ilmunya? Para Ulama sebutkan bahwa orang yang sombong dengan ilmunya cirinya selalu kasar, nyinyir, merendahkan orang kalau berbicara karena dia memiliki ilmu tidak disertai dengan tawadhu’. Karena kesombongannya sehingga dia melihat orang itu bodoh, goblok atau tidak mengerti padahal seharusnya kita menyampaikan suatu ilmu kepada orang dengan penuh rahmat/ kasih sayang.
Allah berfirman tentang Nabi ﷺ, “karena karunia Allah kepada engkau wahai Muhammad, engkau menjadi lembut kepada mereka”, kalau orang alim punya ilmu yang tinggi harusnya seperti Rasulullah ﷺ. Sikap lembut, bertutur kata baik, berniat baik, tidak merendahkan orang di depannya, berpikir bahwa kita juga dulu sebelum berilmu sama atau bahkan kita lebih parah dari seseorang maka tidak sepantasnya kita menghina seseorang tersebut, bisa jadi saudara kita masih seperti dia, bisa jadi bapak dan ibui kita masih seperti dia belum dapat hidayah lalu kenapa kita harus sombong?
Sampaikan kebenaran tanpa disertai dengan kesombongan dengan merasa paling kokoh, paling hebat dan paling benar. Maka Allah mengatakan, “wahai Muhammad rendahkan dirimu kepada orang-orang yang mengikutimu”, “sesungguhnya orang yang beriman dan beramal shalih, Allah akan membuat mereka saling mencintai”. Karena ketika menegur orang yang dicintai/ disayangi tentu dengan lemah lembut bukan nyinyir. Diantara ciri orang yang sombong dengan ilmunya yaitu tidak menghargai pendapat orang lain, tidak memberi sedikitpun penghargaan kepada pendapat yang lain.
Nabi ﷺ yang sangat pintar sekalipun diperintahkan oleh Allah untuk bermusyawarah dalam urusan. Kita siapa merasa pendapat paling benar dan tidak menghargai pendapat orang lain? Bahkan tidak mau berdiskusi sama sekali, ini merupakan contoh kesombongan orang yang berilmu. Daintaranya para Ulama menyebutkan orang yang sombong dengan ilmunya tidak siap untuk orang menyelisihinya karena dia jadi merasa rendah jika orang menyelisihinya, baginya harus menang terus/ pendapatnya yang jadi nomer 1. Meskipun kesombongan itu terletak di hati tapi aplikasinya ada sehingga terlihat juga, diantaranya tidak mau mengakui kesalahan kita dan menolak kebenaran.
Selanjutnya kesombongan dengan harta seperti Qarun pada masa lampau. Kita harus berhati-hati, Nabi ﷺ menyebutkan, “harta sangat punya pengaruh terhadap jiwa seseorang”. Ketika memiliki kuda, mobil yang mewah, unta, motor gede mewah, jam tangan mewah, tas-tas yang mewah dan barang-barang mewah lainnya ingatlah bahwa sungguh seseorang akan melakukan hal yang melampaui batas diantaranya sombong ketika dia merasa sudah kaya, merasa dirinya sudah hebat.
Jika kita memiliki kelebihan harta jangan terus memakai semua yang mewah-mewah, kata Rasulullah ﷺ, “kesederhanaan bagian dari keimanan”. Meskipun anda seorang milyarder mampu berangkat kemanapun selalu dengan business class tapi sesekali berangkat naik ekonomi agar kita tidak menjadikan dunia masuk ke dalam hati kita. Kita mungkin menyangka kalau kita memiliki banyak harta tidak akan sombong tetapi hati kita ini berkhianat. Tanpa kita sadari dunia tersebut masuk ke dalam hati kita sehingga jadi merasa tinggi, merasa tinggi dengan kemewahan yang kita miliki, dengan ajudan-ajudan yang mengiringi kita kemanapun kita melangkah.
Sombong karena kekuatan tubuh seperti kaum ‘Ad Allah binasakan dengan angin. Baik pria maupun wanita berpakaian ketat agar terlihat bentuk tubuhnya. Allah memberikan semua itu bukan untuk dipamerkan namun untuk disyukuri.
Demikian juga sombong dengan keturunan, ini merupakan penyakit jahiliyah sombong dengan kedudukannya dan keturunannya. Allah berfirman, “yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa”. Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Raja Fir’aun dan Namrud yang sombong. Hati-hati jabatan juga dapat membuat orang berubah hatinya, intinya kesombongan merupakan penyakit hati dan kita bisa mendeteksi kalau benar-benar memperhatikan. Sebab-sebab apapun yang membuat hati kita menjadi sombong maka tinggalkan.
Sumber: Ustadz Firanda Andirja