Kita tahu bahwasannya setiap orang memiliki teman, baik sebagai laki-laki maupun sebagai wanita. Dan biasanya kita memiliki teman-teman dekat, kita punya teman secara umum namun kita juga mempunyai teman yang special. Diantara indahnya dan sempurnanya syariat Islam sampai masalah adab pertemanan pun diajarkan dalam Islam. Tidak boleh sembarang berteman kalau sudah berteman maka ada konsekuensi-konsekuensinya yang harus diperhatikan. Semua hal ini mungkin tidak akan kita dapatkan di ajaran-ajaran agama lain. Sebagaimana sempurnanya Islam ketika menjelaskan tentang masalah adab pertemanan.
Oleh karenanya Rasulullah ﷺ menjelaskan secara khusus dalam pertemanan, kata Nabi ﷺ “Jangan kau berteman atau bersahabat kecuali dengan seorang mukmin”, beliau juga bersabda “Seorang berdasarkan agama temannya maka hendaknya salah seorang kalau berteman lihat dulu siapa yang akan dijadikan temannya”. Adapun teman secara umum boleh dengan siapa saja tetapi sahabat/ teman kita diskusi, kita sering jalan bersamanya maka ini tidak boleh sembarangan, kenapa? Karena teman itu punya pengaruh luar biasa sebagaimana kata pepatah Arab, “Bahwasannya sahabat itu akan menggeret”. Dan kita tahu bahwasannya pertemanan akan menimbulkan sinkronisasi, apakah yang A akan menyesuaikan diri dengan si B atau sebaliknya. Kalau tidak maka pertemanan tersebut akan terputus.
Apalagi kalau seseorang berjalan dengan temannya maka dia akan melihat perbuatan temannya tersebut dan selalu diulang-ulang dan akhirnya akan menjadi kebiasaannya. Tanpa dia sadari dia akan berakhlak dengan akhlak temannya tersebut. Kita bayangkan kalau seorang berteman dengan temannya yang ternyata sedikir-sedikit mudah dermawan, sedikit-sedikit mudah bantu orang, sedikit-sedikit ringan tangan, murah hati maka dia berteman selama setahun, dua tahun dan seterusnya tentu dia akan terpengaruh mau tidak mau.
Kenapa? Karena dia melihat contoh nyata temannya seperti itu. Dan manusia cenderung ingin melakukan sinkronisasi. Sebaliknya kalau dia mendapatkan teman yang buruk misalnya pembicaraannya selalu jorok dan dia selalu mendengar maka akhirnya terbiasa pikirannya selalu jorok. Atau dia suka mendengar temannya suka mengumpat sana, mengumpat sini, maka akhirnya dia akan terbiasa mengumpat sana-sini. Atau dia punya teman ternyata seorang akhwat punya teman akhwat yang lain, ummahat ibu-ibu yang lain ternyata kerjaannya ghibah melulu maka dia terbawa akhirnya. Kalau dia tidak kuat harusnya dia pisah tetapi ketika dia terus bertahan dengan teman seperti itu terjadi sinkronisasi akhirnya dia terbawa dengan kebiasaannya temannya tersebut.
Makanya Rasulullah ﷺ memberi perumpamaan tentang teman baik dan teman yang buruk dalam hadist yang mahsyhur dari Abu Musa Al-‘Asr Radhiyallahu’anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan seperti pandai besi. Adapun penjual minyak wangi bisa jadi dia memberi hadiah kepadamu minyak wangi tersebut kalau tidak ya kamu membeli darinya minyak wangi kalaupun tidak mendapatkan hadiah ataupun tidak membeli darinya paling tidak saat kamu berjalan dengannya maka kamu akan mendapatkan/ ikut merasakan wangi yang ada pada orang tersebut. Adapun perumpamaan teman yang buruk seperti pandai besi kalau kamu dekat-dekat dengannya maka bajumu bisa terbakar karena dia beraktifitas dengan api yang panas kalaupun tidak kamu akan mendapatkan bau yang buruk”.
Sumber: Ustadz Firanda Andirja
Leave a Reply