Bagi orang yang benci dengan orangtuanya mengatakan ayahnya yang paling sombong di dunia, ayahnya orang yang paling keras sedunia, cobalah sekali-sekali lihat ayahmu yang sedang tidur, kita buktikan hatimu batu atau layaknya manusia. Tatap wajah orangtua kita sudah bukan lagi seperti wajahnya yang 20 tahun lalu, kerutannya sudah banyak, rambutnya berubah menjadi putih, tatap matanya yang sudah mulai bersepah putih, pipinya yang sudah turun, giginya yang sudah mulai tanggal, nafasnya yang semakin berat, inikah orang yang kamu katakan tadi? Tak pernah ada kebaikan tentang kamu dimatanya?
Lihatlah tangannya, kuku kakinya, kuku tangannya yang berbenturan dengan kerikil ketika mengais rezeki. Dan kamu yang mengatakan bahwa ibu kamu yang paling cerewet sedunia, galak dengan teman-teman, tidak akur dengan menantunya, coba perhatikan sosok wanita tua yang sedang terkulai lemah dalam tidurnya, coba lihat. Ya Allah inilah sosok manusia yang pernah melahirkan diriku, inilah wanita cantik yang pernah dikejar-kejar oleh ayah, sekarang pipinya mulai terlihat kendur, matanya mulai bersepuh putih, mulai terlihat kerut di wajahnya, giginya sudah mulai tanggal, tangan tua mulai terlihat, seseorang yang sudah tidak memikirkan bentuk fisiknya lagi.
MasyaAllah, tapi ini yang pernah menyiapkan sebelas maaf dalam hidup kita ketika kita berbuat sepuluh dosa dihadapannya. Inilah manusia yang menyiapkan 101 maaf ketika kita berbuat 100 dosa dihadapannya. Buat kita yang keras hati kalau kenyataan seperti ini maka temuilah mereka, apapun kondisinya raih tangannya rasakan wangi kulitnya, cium tangan ibu kita. Jikalau pun kita memiliki berbagai macam koleksi minyak wangi, Wallahi wangi kulit orangtua kita tidak ada yang bisa mengalahkan, punya ciri khas tersendiri.
Orang yang tangannya ingin kita gandeng yang dulunya dengan tangan ini kita di tatih-tatih untuk belajar jalan. Sekarang kita datang menggandeng seorang wanita bertemu dengan mereka, memperkenalkan kepada mereka, mencium tangan mereka lalu berbalik pulang/ meninggalkan mereka. Bukan mereka bahagia, mereka lihat tangan tua mereka, terbesit dalam hati mereka sudah berapa lama tangan tua mereka tidak digandeng oleh anaknya. Dia menggandeng tangan istrinya berharap dipuji oleh kedua orangtuanya padahal orangtuanya cemburu. Kadang orangtua kita seperti anak kecil, dia cemburu melihat hal tersebut. Kita gandeng pundak pasangan kita berbalik setelah mencium tangan kedua orangtua kita, dia melihat dari kejauhan anaknya menggandeng anak orang, dia berpikir ya Allah sudah berapa lama pundak ini tidak digandeng oleh anaknya, sensitif sekali.
Sehingga kita merasa kenapa orangtua rasa cemburunya tinggi sekali, wallahu’alam bissawab. Kita telah mempertontonkan sebuah tingkah laku yang terkadang kita tidak tahu bahwa pada hakekatnya telah menyakiti dirinya. Hal ini bukan tidak terjadi, sehingga ada seorang anak yang bingung kepada kedua orangtuanya karena merasa selalu salah dimata mereka. Padahal sebenarnya tidak demikian hanya kita saja yang tidak memahami mereka.
Sebagai contoh ada seorang anak sebagai pengusaha hebat yang menurutnya seharusnya orangtuanya bangga memiliki anak yang sukses karena didikan dari kedua orangtuanya yang telah mengantarkan dia menjadi seorang pengusaha sukses. Namun ternyata justru orangtuanya kecewa terhadapnya dan anak tersebut juga tidak memahami kenapa orangtuanya bisa kecewa kepadanya. Katanya berawal dari ketika dia buatkan sebuah parcel indah untuk partner bisnisnya. Ibunya berkata, “indah sekali parcel ini nak, kamu susun buah sedemikian rupa lalu kamu tutup dengan plastik yang indah dipandang mata”. Dia mengatakan kepada orangtuanya kalau tidak bisa memberikan hadiah yang terbaik untuk partner bisnisnya maka diapun tidak akan mendapatkan yang terbaik dari partner bisnisnya.
Mendengar hal tersebut terluka hati ibunya tanpa dia sadari. Sang ibu pun bergumam ya Allah, nak pernah tidak kamu membuatkan parcel seindah ini untuk ibu? Plastik yang indah membungkus buah yang akan engkau berikan. Kamu susun buah-buah duku, buah-buah anggur seperti berlian diantara tumpukan buah yang besar lainnya, sesisir pisang bak buntut merak yang indah dalam sebuah parcel. Ingatkah kamu pernah membelikan buah-buah itu dengan kantong plastik yang tak layak untuk dipandang untuk ibumu?
Apakah kamu mengetahui kenapa orangtua kita tersinggung?
Ketika dia bertanya kepadamu, “wahai anakku tampan sekali kamu hari ini, mau kemana?
“Oh iya bu, baju ini dipakai karena memang akan bertemu dengan partner bisnis jadi kalau tidak rapi bertemu dengannya sepertinya tidak pantas, harus yang rapi bu”, ujar anaknya. Kalimat ini membuat perasaan ibu kita tersinggung/ sedih.
Dalam hati kecil ibu kita berkata, “nak orang yang akan kamu jumpai dengan dandananmu yang seperti itu dibandingkan dengan diri ini lebih hebat siapa nak?”.
Pernahkah kita berdandan sangat tampan untuk bertemu dengan ibu kita?
Pernahkan kita berdandan setampan itu untuk bertemu dengan ayah kita?
Kebanyakan yang terjadi tidak pernah seorang anak berpenampilan sangat tampan untuk bertemu dengan orangtuanya. Sehingga banyak hal-hal yang dapat menyinggung orangtuanya. Orangtua kita juga manusia, cobalah sekali-sekali kita berdandan sebagus mungkin saat menemui orangtua kita. Orangtua mana yang tidak bangga jika melihat anaknya tampan dihadapannya. Mereka bangga karena bagian dari daging mereka ada di badan kita.
“Hendak kemana kamu nak? Dandanan kamu ini MasyaAllah, bangga kami punya anak seperti kamu nak. Mau kemana nak?, tanya orangtua.
Sang anak menjawab, “mau bertemu dengan kalian, orangtuaku”
Pernah atau tidak terbesit di dalam benak kita berpenampilan seindah mungkin, sewangi mungkin untuk mereka. Jangan-jangan terbesit sedikit pun tidak ada dibenak kita. Pernah atau tidak kita membuat mereka bahagia dengan mengatakan, “wahai ibu, wahai ayah, di dalam Islam ada pemandangan yang paling indah di muka bumi ini, yang pertama adalah menatap ka’bah dan pemandangan kedua yang terindah adalah wahai orangtuaku menatap wajah kalian”.
Pernahkah di benak kita ini berencana untuk menggandeng tangan kedua orangtua kita yang sudah tua, sudah keriput tersebut untuk bisa bertawaf di depan ka’bah/ mengelilingi dinding ka’bah untuk mempertontonkan 2 pemandangan paling indah di mata Allah, pernahkah terbesit di dalam benak kita? Ibu do’akanlah anakmu kalau ada rezeki lebih nanti tahun depan kita umrah atau tahun depan kita haji nanti bu. Akan kubawa engkau menuju titik tempat orang sujud yakni ka’bah.
Wallahi, kadang-kadang kita tidak terpikir bahwa dunia ini bergulir, berganti waktu tidak terasa usia ini bukan semakin muda justru semakin tua, kesempatan berbuat baik pun semakin sedikit, pantas hidup ini tidak pernah berujung, semua berisikan masalah karena demi Allah kita lupa ada mata tua yang menanti kita. Kita lupa ada orangtua yang ingin dilihat oleh kita, MasyaAllah. Kita lupa memuliakan mereka padahal demi Allah, Allah jamin bahwasannya, “ridhanya Allah ada di ridhanya orangtua dan murkanya pun sama”. Bagaimana kita bisa menakhlukan dunia tanpa ridha mereka?
Hidup ini terasa berat karena tidak ada formula yang mempermudahnya padahal kita memiliki kedua orangtua yang masih dalam keadaan sehat. Jikalau kedua orangtua telah tiada tentunya kita masih punya paman, om, bibi dan tante yang dapat kita kunjungi karena mereka pun orangtua kita. ‘Aisyah tidak memiliki anak, ia dipanggil Ummu Abdillah artinya tantenya Abdullah/ ibunya Abdullah. Abdullah adalah anak dari Asma binti Abu Bakar saudaranya ‘Aisyah.
Tantemu adalah ibumu dan ommu adalah ayahmu. Temui mereka, bahagiakan mereka jika sudah meninggal maka ziarahi kuburnya. Ziarahi kubur untuk kita mengingat mati, belajar mencintai yang dibumi maka yang di langit pun mencintaimu, baik yang dibumi masih hidup maupun yang sudah mati. Kalau masih hidup, cintai, sayangi, do’akan mereka, berikan nafkah kepada mereka, jika sudah mati maka do’akan mereka, ini merupakan bentuk cinta.
MasyaAllah, membuat ikatan dengan memuliakan orangtua. Kalau masih hidup mudah kita untuk menemui mereka dan kalaupun sudah meninggal dunia maka do’akan. Nabi pernah diperlihatkan alam barzakh, Nabi melihat orang yang sedang dicambuk oleh malaikat kemudian cambukan malaikat tersebut tiba-tiba berhenti karena seorang anaknya selalu beristighfar untuknya. MasyaAllah, istighfar anak yang shalih bakal dapat menghentikan azab kubur orangtuanya. Ini kan memuliakan mereka hanya saja jika penyebabnya tidak dilakukan, bagaimana kita bisa memuliakan ini semua?
Wajibnya kita mengerti bahwa ada keberkahan yang paling dekat dengan hidup kita yaitu orangtua. Makanya Nabi mengatakan, “rugi, rugi, rugi”, kemudian sahabat bertanya, “siapa yang rugi wahai Rasulullah?”, Rasulullah menjawab, “ orang yang masih punya orangtua tetapi tidak dapat kemuliaan dari Allah maka cintailah ibumu, ibumu, ibumu baru ayahmu”.
Secantik apapun istrimu, selucu apapun anak-anakmu, sehebat apapun kamu dimata manusia, tetap Wallahi orangtua jangan pernah menjadi nomer 2 dalam hidup. Lalu bagaimana untuk seorang wanita? Ketika terjadi ijab qabul yang telah sah, maka saat itu tanggungjawab dari pundak ayahmu berpindah ke pundak suamimu. Maka Ulama mengatakan bakti seorang wanita kepada keluarganya, kepada suaminya, melayani anak-anaknya itu merupakan baktinya kepada kedua orangtuanya. MasyaAllah, maka bisa bukan tidak bisa.
Semoga Allah muliakan kita, InsyaAllah. Ini janji yang paling indah, wallahu’alam bissawab.
Sumber: Ustadz Subhan Bawazier