Bismillahirrahmanirrahim, Assallammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi ‘ala ikhsani wasyukrulahu ‘alawataufikihi waamtinani asyhaduallahilahailallahu wahdahula syarikalahu ta’dzimanlisa’ni waasyhaduannamuhammadan’abduhu warasuluh da’daridwani allahumashalih’alaiihi wa’ala alihiwaashabihi waikhwani
Para Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah سبحانه وتعالی pada kesempatan kali ini kita membahas suatu perkara yang merupakan cita-cita kita semua yaitu bagaimana kita bisa merasakan bahwasannya rumah yang kita tempati adalah surga kita dan tentunya suatu kebahagiaan yang luar biasa jika seseorang betah dirumahnya. Sehingga ketika dia sedang melaksanakan aktivitas yang berada diluar rumahnya, dia selalu ingin pulang ke rumah karena merasakan ada kebahagiaan di rumahnya seperti bertemu dengan istri atau mengobrol dengan suami, melihat anak-anak, untuk beribadah kepada Allah سبحانه وتعالی, intinya dia ingin pulang ke rumah mendapatkan kenyamanan. Rumah seperti inilah yang dicita-citakan oleh setiap orang, rumah tersebut tidak harus mewah tetapi yang penting ada kebahagiaan di rumah tersebut. Dan sebaliknya kalau orang tidak betah dirumah, selalu ingin keluar dari rumah kalau di rumah rasanya dia sengsara maka seakan-akan neraka telah dihadirkan kepada dirinya di dunia ini. Oleh karenanya seseorang kalau bisa bahagia di rumah sesungguhnya dia adalah orang yang benar-benar bahagia. Hal ini terutamanya untuk para laki-laki yang bisa bahagia di rumah maka dia adalah laki-laki yang benar-benar bahagia secara hakikat. Tetapi kalau dia di rumah tidak bisa bahagia, masih saja mencari kebahagiaan diluar berkumpul dengan teman-teman untuk mencari kesibukan untuk lari dari kenyataan daripada kesengsaraan yang dirasakan dirumahnya meskipun orang sedunia memuji dan memujanya sesungguhnya dia seorang laki-laki yang tidak bahagia.
Lihatlah Rasulullah ﷺ ketika berdakwah diluar, dia mendapati ujian yang sangat berat, cacian, makian, hinaan, dimusuhi oleh keluarganya, oleh kaum Quraisy dan kaum ini merupakan sukunya tetapi yang berjasa dibalik keberhasilan dakwah Nabi ﷺ adalah istrinya. Ketika dia pulang ke rumah merasakan kebahagian yang luar biasa, ada tempat curhat, ada tempat untuk melepaskan kepenatan karena rumahnya adalah surganya. Sebagai contoh ada kisah Ikhwan yang meskipun diluar rumah ada orang yang marah-marahi dan ribut dengannya namun ketika pulang ke rumah melihat istri senyum maka dia sudah merasa bahagia. Tetapi sebaliknya meskipun diluar orang mengeluh-eluhkannya namun ketika tiba di rumah istri marah-marah rasanya semua kebahagiaan hilang. Maka cita-cita kita semua adalah menciptakan surga dalam rumah kita dan ini perlu perjuangan.
Jikalau bapak-bapak dan ibu-ibu betah dirumah, merasa selalu ingin pulang ke rumah, rindu untuk bertemu dengan istri, suami, anak-anak maka sesungguhnya antum sedang berbahagia. Tetapi kalau sebaliknya inginnya bertemu dengan teman, mencari kesibukan diluar berarti ada sesuatu yang salah yang harus segera diperbaiki. Jangan biarkan kita terus sengsara dalam kondisi rumah tangga yang seperti ini karena kita akan menjalani rumah tangga dalam 10, 20, 30 tahun dan terus seiring berjalannnya waktu. Maka perlu perjuangan untuk melakukan perubahan yang dapat membuat rumah tangga kita menjadi bahagia dikemudian hari. Kiat-kiat agar kita tentram dan bahagia di rumah diantara hal yang perlu kita perhatikan Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah سبحانه وتعالی yaitu kita harus sadar bahwasannya kebahagiaan itu berasal dari Allah سبحانه وتعالی. Allah yang menguasai hati kita dan kebahagiaan tempatnya di hati, Dia Maha membolak-balikkan hati seseorang. Kalau Allah memberikan kebahagiaan maka orang tersebut akan bahagia maka mintalah kebahagiaan kepada Allah سبحانه وتعالی, mendekatkan diri kepada Allah سبحانه وتعالی maka Anda akan dapat bahagia bahkan bisa jadi Anda bahagia meskipun dalam kondisi yang menurut orang lain tidak bahagia. Bahkan seseorang bisa bahagia meskipun ternyata pasangan hidupnya tidak baik tetapi kalau dia dekat dengan Allah maka dia akan bisa bahagia. Seperti hal yang kita dapati dari para ulama bisa bahagia meskipun dengan banyak ujian, ancaman, dan tantangan.
Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta’ala berkata, “Maayaf’alu ‘adaa ibijannati fiiqalbi” apa yang hendak dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku di hatiku meskipun Dia dipenjara, dimusuhi dan diasingkan. Oleh karenanya perkataan indah juga dari Ibnu Taimiyah rahimahullah, “sesungguhnya di dunia itu ada surga, siapa yang tidak masuk ke dalam surga dunia dia tidak akan merasakan surga akhirat”, artinya Allah menjamin orang yang beriman pasti bahagia. “Barang siapa yang beramal soleh lelaki maupun wanita dan dia dalam kondisi beriman maka Kami akan berikan dia kehidupan yang bahagia”. Kita dan istri kita idealnya beriman agar surga itu terasa di rumah tetapi kalau terjadi apa yang tidak kita kehendaki, ternyata istri kita suka maksiat, ternyata pasangan kita berperangai buruk/ akhlaknya buruk, ternyata pasangan kita kdrt, apa boleh buat kita harus membuat kebahagiaan dalam hati kita dengan mendekatkan diri kita kepada Allah سبحانه وتعالی. Jadi kiat yang pertama agar kita bisa meraih kebahagiaan mau tidak mau kita benar-benar dekat kepada Allah, jadikan rumah kita sebagai tempat mendekatkan kita kepada Allah سبحانه وتعالی, isi rumah kita dengan ketakwaan.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di malam hari kemudian dia sholat kemudian dia bangunkan dia bangunkan istrinya kemudian istrinya juga sholat malam, kalau istrinya tidak mau sholat malam maka dia percikkan air di wajah istrinya dan semoga Allah merahmati seorang istri, dia bangun di malam hari kemudian dia sholat kemudian dia bangunkan suaminya kalau suaminya tidak mau bangun maka dia percikkan air di wajah suaminya”. Lihat bagaimana kerjasama antara suami istri dalam ketakwaan kepada Allah سبحانه وتعالی dan ini sebab utama kebahagiaan, ini kunci utama, bukan dengan harta yang banyak, dan juga bukan dengan kemewahan. Kita juga tidak menafikkan bahwasannya harta itu juga memudahkan kita untuk bahagia tetapi yang paling utama adalah iman.
Ketika kita dan istri kita orientasinya adalah akhirat, kerjasama dalam akhirat maka sangat mudah Allah memberikan kebhagiaan bagi kita dan istri kita. Thoyyib, kita bisa menanyakan hal tersebut kepada diri kita sendiri sudah sejauh mana kita pernah bekerja sama seperti ini, bangun malam karena sebelum tidur kita sudah sepakat siapa yang bangun diluan membangunkan yang belum bangun jika tidak bangun juga maka dipercikkan air. Tidak perlu pakai banyak metode, dekat dengan Allah sudah jelas bahagia. Semakin beriman semakin Bahagia, jadi kebahagiaan itu berbanding lurus dengan keimanan. Apalagi rumah kita kita isi dengan ketakwaan dengan membaca Al-Qur’an maka setan tidak akan masuk yaitu surah Al-Baqarah, lantunan ayat suci Al-Qur’an kita dengar, anak-anak mengaji, ini merupakan kebahagiaan yang luar biasa.
Sementara sebagian orang merasa yang namanya kebahagiaan adalah berlezat-lezat, membuat acara-acara yang terkadang dilarang dalam syariat, mungkin di rumah memutar musik kuat-kuat ada kelezatan tetapi berbeda kelezatan dengan kebahagiaan. Seorang yang mendengarkan musik, dia merasakan kelezatan, tidak ada yang memungkiri bahwasannya musik itu lezat, normal manusia semua suka musik. Sama seperti halnya menonton film orang semua senang, ada kelezatan tetapi apakah itu bahagia?, yakin tidak Bahagia. Seorang yang menghabiskan waktunya berjam-jam untuk yang seperti itu pasti ada sesuatu yang tidak beres di dalam hatinya, semakin jauh dari kekhusyukan, semakin jauh dari kebahagiaan. Dia akhirnya mencari kelezatan dengan cara yang seperti itu. Begitu kita tidak mendengarkan/ mengenal musik, kita lebih dekat kepada Al-Qur’an tentu kebahagiaan sangat jauh berbeda, ada kebahagiaan dan kelezatan tersendiri yang Allah berikan kepada orang yang dekat kepada Allah سبحانه وتعالی. Kebahagiaan itu dekat dengan Allah سبحانه وتعالی maka mulai sekarang ini kita kerjasama dengan istri bahwasannya orientasi kita adalah akhirat, bagaimana akhirat kita/ bagaimana kehidupan kita setelah kematiaan ini. Sama-sama kita pikirkan, kerjasama suami istri untuk bisa menuju kesana, tatkala kita dekat dengan Allah, Allah pasti memberikan kebahagiaan.
Thoyyib, kiat yang berikutnya agar kita bisa berbahagia berada di rumah adalah hubungan suami istri yang harus harmonis, dibangun di atas pemikiran bahwasannya pasangan saya adalah orang yang paling utama untuk saya berbuat baik kepadanya dan terlalu banyak dalil menunjukkan akan hal ini. Nabi ﷺ bersabda, “sebaik-baik lelaki disisi Allah adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah suami yang terbaik”. Rasulullah ﷺ meletakkan keterbaikan di sisi Allah caranya dengan menjadi yang terbaik bagi istri. Ini syarat bahwasannya orang yang paling utama untuk kita berbuat baik kepadanya adalah istri dari sisi apapun, misalnya dari sisi senyum, memberikan hadiah, memberikan nafkah, memaafkan, menyisihkan waktu untuk ngobrol, dan sebagainya. Jadi suami harus lebih baik perlakuannya kepada istrinya daripada ke temannya, bosnya, dan siapapun. Istri yang paling utama untuk kita berbuat baik. Dan ini adalah ibadah, tatkala seorang suami tahu bahwasannya ibadah dia adalah berbuat yang terbaik bagi istrinya maka dia akan jalani dan dia akan bersabar dan dia akan diberikan kebahagiaan Allah سبحانه وتعالی.
Jika kita punya waktu untuk ngobrol dengan teman maka istri lebih utama untuk kita ajak ngobrol, kalau kita punya waktu untuk mentraktir teman maka istri kita lebih utama untuk kita traktir, kalau kita mudah memaafkan teman kita karena telah mencacimaki kita maka istri kita lebih utama untuk kita maafkan, kalau kita bisa menghormati teman ketika berbicara maka istri kita lebih utama kita menghormatinya ketika dia sedang berbicara dengan kita, tunjukkan penghargaan kita dengarkan apa yang dia omongkan, dan seterusnya. Demikian baru kita bisa meraih kebahagiaan dan itu adalah ibadah dengan berbuat baik kepada istri.
Demikian pula istri terhadap suami, orang yang paling utama untuk dia berbuat baik adalah suaminya apalagi terlalu banyak dalil yang menegaskan akan hal itu. Kata Nabi ﷺ, “kalau aku boleh memerintahkan seseorang sujud kepada selain Allah, aku akan perintahkan wanita sujud kepada suaminya karena terlalu besar hak suami terhadap istri”. Para ulama menyatakan diantaranya Syeikh Husain Ar Razi Rahimahullah ta’ala, “jika seorang wanita telah menikah maka dia lebih utama untuk berbakti kepada suaminya daripada kedua orangtuanya”. Syariat memasang peraturan ini demi kemashlahatan karena kebahagiaan dalam rumah tangga sangat penting untuk kemajuaan Islam. Maka istri harus fokus berbakti kepada suaminya dalam rangka membangun suatu keluarga yang islami. Seperti taat kepada suami, mengurusi anak-anak dan ini sangat penting dalam kemashlahatan masyarakat Islam.
Sampai-sampai aturannya berubah ketika dia sudah menikah, dia lebih utama taat kepada suaminya daripada taat kepada kedua orangtuanya. Bukankah kita merasa bersalah kalau kita mengangkat suara kita di depan kedua orang tua kita?, hendaknya wanita juga menghadirkan dalam dirinya bahwasannya suami memiliki hak yang besar dan jika berbicara lemah lembut kepada suami memperoleh pahala sedangkan jika mengangkat suara di depan suami nanti akan bermasalah di hari kiamat kelak. Orang yang paling utama untuk kita berbuat baik adalah pasangan hidup kita maka sungguh sedih seorang suami jika mendapati seorang istrinya kalau berbicara dengan orang lain masyaAllah manis, kalau mengangkat telfon dari orang lain lemah lembut masyaAllah tetapi kalau dengan suaminya memerintah dengan suara yang tidak enak didengar maka jika seperti ini tidak benar. Jika demikian suaminya lebih baik jadi orang lain agar istrinya bisa lemah lembut kepadanya.
Jadi sangat aneh jika seorang istri kepada orang lain lemah lembut tetapi kepada suaminya tidak lemah lembut. Dan demikian juga aneh jika seorang suami punya banyak waktu untuk teman-temannya mengobrol, ketawa-ketiwi tetapi dengan istrinya tidak ada waktu. Jadi harus kita rubah pola pikir kita karena kita ingin mencari pahala, Allah kasih banyak pahala di rumah diantaranya jadilah pasangan yang terbaik untuk pasangan kita. Seorang suami tahu bahwasannya untuk mencari pahala yang besar dengan menjadi yang terbaik untuk istri, seorang istri juga tahu senyum kepada suami tidak sama dengan senyum kepada orang karena senyum kepada suami pahalanya besar. Karena syariat yang menyuruh untuk berbakti kepada suami.
Ketika kita tidak menghadirkan perasaan seperti ini maka kita akhirnya bermuamalah dengan pasangan kita seadanya padahal semakin kita berakhlak mulia kepada pasangan kita maka akan semakin tinggi kedudukan kita disisi Allah سبحانه وتعالی. Sampai saat kita berinfak saja dalam shahih Muslim kata Nabi ﷺ, “satu keeping dinar kau infakkan di jalan Allah , satu dinar yang kau berikan kepada seorang miskin, satu dinar yang kau infakkan di budak dan satu dinar yang kau infakkan kepada keluargamu yang paling besar pahalanya adalah yang kau infakkan kepada istrimu”. Ini menguatkan dalil bahwasannya berbuat baik kepada pasangan sangat diutamakan. Thoyyib
Diantara pekara yang bisa membantu kita menciptakan kebahagiaan di rumah kita/ menciptakan surga di rumah kita yaitu berusaha kita untuk romantis antara yang satu dengan yang lainnya. Jangan kita sungkan-sungkan untuk memuji istri kita dan istri juga jangan sungkan-sungkan untuk mengucapkan kata-kata indah memuji suaminya. Ini mungkin kita rasakan di awal-awal pernikahan, lama-lama semakin hambar, lama-lama semakin pahit sehingga tidak kita lakukan lagi. Kita romantis karena Allah, pahalanya besar di sisi Allah سبحانه وتعالی. Jangan disangka mencari pahala hanya membaca Al-Qur’an, hanya sholat malam, tidak! Berbuat baik kepada istri, menunjukkan kasih sayang kepada istri ini semuanya berpahala. Karena Allah menyatakan ketika terjadi tali pernikahan, “diantara tanda-tanda keagungan Allah, Allah menjadikan bagi kalian istri-istri kalian agar kalian sakinah kepada istri-istri kalian dan Allah menjalin antara kalian rasa cinta dan kasih sayang”.
Semua perkara yang kita lakukan yang bisa memupuk mawadda, sakinah, rahmah, semuanya berpahala disisi Allah سبحانه وتعالی. Karena diantara tujuan pernikahan adalah menciptakan mawaddah, rahmah dan sakinah. Dan segala yang bisa mengantar kepada tujuan pernikahan maka semuanya berpahala disisi Allah سبحانه وتعالی, apapun yang anda lakukan bisa menambah kecintaan istri kepada anda dan bisa menambah kecintaan suami kepada anty maka lakukanlah itu berpahala, ini urusan duniawi. Kalau kita melihat contoh Nabi ﷺ luar biasa romantisnya kepada istri-istrinya bahkan Nabi ﷺ kalau mau minum saja, Nabi ﷺ mengambil gelas ‘Aisyah kemudian memutarnya kemudian Rasulullah ﷺ minum dari bekas tempat bibirnya ‘Aisyah, dalam hal minum saja sudah romantis. Dan ‘Aisyah seorang wanita yang memiliki perasaan yang tinggi memperhatikan hal ini, melihat Rasulullah ﷺ minum dari tempat bekas bibirnya bagi ‘Aisyah ini merupakan tanda kecintaan dan lainnya. ‘Aisyah menyatakan kalau dia makan Rasulullah ﷺ mengambil bekas gigitannya Rasulullah ﷺ gigit dari bekas gigitan ‘Aisyah Radhiyallahu ta’ala anha. Lihat bagaimana sayangnya Nabi sampai beliau melakukan yang demikian agar istrinya tahu bagaimana rasa sayangnya kepada istrinya.
Ketika Nabi ditanya, “siapa yang engkau cintai?, lalu Nabi menjawab, “’Aisyah”. Rasulullahu ﷺ menunjukkan bagaimana cintanya kepada istrinya dan banyak hal. Rasulullah ﷺ kalau memanggil ‘Aisyah dengan sebutan “yaa humairah”, yang berarti sangking putihnya kulit ‘Aisyah sampai kelihatan kemerah-merahan pipinya atau merona pipinya. Maksudnya disini adalah kita di dalam berumah tangga membutuhkan hal-hal yang seperti ini, kita butuh tahu istri kita menyayangi kita dan istri kita juga butuh mengetahui bahwasannya kita menyayanginya. Bagaimana caranya? Maka lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan rasa sayang kita, kita romantis di dalam rumah tangga kita. Jangan sampai orang-orang yang melakukan kemaksiatan, yang mungkin berzina, mereka bisa romantis. Sementara kita yang mengaji, tahu dalilnya tetapi tidak bisa romantis padahal ini berpahala, apa susahnya kita cium kening istri kita saat bangun pagi untuk sholat subuh atau kita bangunkan sholat malam minta do’akan anak-anak kemudian kita cium keningnya, pijit-pijit tangannya, dst.
Sebagai contoh ada tetangga yang tanpa sengaja kita pernah melihat ada seorang wanita mengantarkan suaminya sampai di depan pagar kemudian mencium tangan suaminya saat berpamitan suaminya akan berangkat ke kantor, MasyaAllah ini romantis. Kita melakukan hal yang romantis tersebut tidak perlu diluar rumah, cukup di dalam rumah saat istri kita tidur apa susahnya kita selimuti jika dia belum memakai selimut dan hal-hal romantis ini kita jaga sampai akhir jangan hanya diawal-awal pernikahan saja. Rumah tangga kita yang masih muda ataupun yang sudah tua tetap romantis karena ini merupakan sunnah Nabi/ perkara yang dianjurkan dalam syariat.
Wanita pun demikian, apa susahnya sering mencium suaminya, dia cium tangan suaminya, pijit suaminya, memuji suaminya atas ketampanannya begitu juga suami memuji istrinya mengatakan tambah cantik. Sangking syariat ingin menjaga kecintaan antara suami dan istri maka syariat membolehkan gombal/ boleh berbohong untuk menumbuhkan cinta kasih. Kata Nabi ﷺ, “tidak halal dusta kecuali pada 3 perkara diantaranya perkataan seorang suami terhadap istrinya dan istri terhadap suaminya”, diantaranya pujian-pujian sebagai contoh wanita senang dipuji maka puji rambutnya, hidungnya, badannya, warna kulitnya, dia merupakan wanita tercantik di dunia ini yang pernah saya lihat, banyak hal yang bisa kita puji jadi meskipun kita berbohong atas pujian tersebut tidak masalah karena tujuannya adalah untuk menambah kecintaan antara suami dan istri. Hal ini harus kita lakukan, tidak cukup hanya teori.
Lihat ketika Nabi ﷺ sedang ‘itikaf, Nabi ﷺ mengeluarkan kepalanya di jendela kemudian ‘Aisyah dari dalam rumah karena dinding rumah Nabi dengan masjid bersambung, ‘Aisyah dari dalam rumah menyisir rambut Nabi ﷺ. Apa susahnya ibu-ibu saat suami mau pergi kemudian disisirkan rambutnya, mau ke kantor siapkan bajunya, berhias diri di hadapan suami, berusaha berpenampilan yang terbaik di hadapan suami sebelum suami sampai dirumah sepulangnya dari kantor, jangan sampai ada tercium bau sedikitpun di hadapan suami. Hal seperti ini berpahala untuk ibu-ibu, merapikan tempat tidur, bersihkan kemudian kasih parfum, suami disambut dengan senyuman, dengan pelukan, ini adalah keindahan. Suamipun demikian persiapkan diri untuk bertemu dengan istrinya dengan aroma yang wangi agar bisa menyenangkan istrinya, intinya ini adalah keromantisan yang harus dijaga dalam kehidupan rumah tangga dan semuanya berpahala.
Ingat kata Nabi ﷺ, “engkau menggauli istrimu sedekah”. Kata Nabi ﷺ, “tidaklah engkau menginfakkan apapun, engkau menghadap wajah Allah kecuali engkau mendapat pahala sampai suapan yang engkau suapkan ke mulut istrimu”, saat menyuapkan makanan ke mulut istri ini lagi dipuncak-puncak romantisnya memperoleh pahala. Ini menunjukkan kesempurnaan Islam, Islam tidak hanya mengatur hubungan seorang hamba dengan Rabbnya tetapi interaksi antara hamba dengan yang lainnya terutama antara seorang suami dengan istrinya. Thoyyib
Perkara berikutnya yang dapat membantu kita untuk menciptakan kebahagiaan di rumah, menjadikan rumah kita adalah rumah yang merupakan surga. Jika terjadi perselisihan/ pertikaian ini suatu hal yang sangat mungkin terjadi dalam kehidupan rumah tangga karena tidak selamanya kita selalu serasi dengan istri kita terkadang ada cecok yang harus kita ingat itu adalah perkara yang wajar. Bukan hanya dalam rumah tangga kita terjadi cekcok, bahkan dalam rumah tangga orang-orang yang lebih hebat daripada kita/ lebih soleh daripada kita, rumah tangga para sahabat, rumah tangga antara Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah, rumah tangga antara Nabi ﷺ dengan istri-istrinya terjadi cekcok. Jadi jangan kemudian kita akhirnya menganggap istri kita rendah atau sebaliknya. Ini perkara wajar hanya bagaimana cara menghadapi cekcok tersebut agar kebahagiaan tetap bisa terjaga. Hal ini yang harus kita perhatikan.
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah سبحانه وتعالی, diantara point penting ketika terjadi ketidakcocokan diantara kita dengan istri kita kalau hanya sesekali berarti rumah kita masih surga. Tetapi kalau terlalu banyak intensitasnya/ sering cekcok berarti ini ada yang tidak beres harus segera kita perbaiki. Intinya kalau terjadi cekcok yang pertama kita lakukan adalah jangan lupakan kebaikan pasangan, Nabi ﷺ larang hal tersebut baik laki-laki maupun perempuan. Langsung ingat pasang di benak kita ini yang di hadapan saya adalah ibunya anak-anak, yang di hadapan saya adalah seorang wanita yang sangat mencintai saya, yang dihadapan saya adalah seorang wanita yang ketika saya sakit dia yang merawat saya, demikian juga wanita, yang dihadapan saya adalah bapaknya anak-anak, yang dihadapan saya adalah lelaki yang bekerja keras untuk memberikan saya banyak pemberian, yang dihadapan saya adalah seorang lelaki yang selalu menjaga kehormatan saya, jadi begitu kita ingat kebaikan pasangan kita.
Kalau kita ingat kebaikan pasangan kita, mudah bagi kita menghadapi permasalahan karena kita sedang berhadapan dengan orang yang mencintai kita, kita tahu dia cinta kepada kita. Sementara iblis datang menggambarkan orang yang berada di depanmu sudah bosan dengan kamu, benci dengan kamu, ceraikan saja, cari wanita yang lain dn macam-macam. Dan iblis seperti itu ingin kita pisah dengan istri kita maka langsung kita hadapkan depan saya adalah orang yang sangat sayang kepada kita. Ketika seperti itu kita lebih mudah menghadapi pertikaian.
Yang kedua ketika terjadi perselisihan, hendaknya kita pasang dalam diri kita punya nisbah, kita punya saham dalam terjadinya pertikaian tersebut meskipun kita merasa 100% kesalahan istri kita tetapi jangan kita pasang bahwasannya 100% adalah kesalahan istri atau suami kita. Kita harus sadar bahwasannya punya andil dalam pertikaian tersebut dengan demikian kita lebih mudah menyelesaikan pertikaian tersebut, lebih mudah diskusinya.
Berikutnya kalau ada permasalahan selama masih dalam rumah itu masih kecil, jangan sampai keluar karena kalau sudah keluar bukan kecil lagi menjadi besar. Keluar kepada mertua, keluar kepada ipar dan ini sangat mungkin terjadi. Sebagian wanita begitu punya masalah, ganti foto profil di status lalu orang semua lihat dan bertanya-tanya ada masalah apa, kenapa hatinya terbelah dua di status, membuat status penjelasan tentang suami yang shalih, ini namanya kita mengeluarkan permasalahan untik diketahui orang lain. Kalau kita sudah mengeluarkan permasalahan keluar rumah yang awalnya permasalahan yang kecil akan berubah menjadi permasalahan yang besar. Maka seorang sebisa mungkin menjaga diri jangan sampai permasalahannya keluar dari rumah. Silahkan kalau kita mau debat dengan istri tapi dalam pengertian jangan sampai keluar, ipar kita tidak boleh tahu, keluarga kita tidak perlu tahu, lain halnya kalau sudah sangat parah yaitu mungkin kita bisa lapor ke wali masing-masing itu urusannya lain. Tetapi hukum asal selama permasalahan masih dalam rumah jangan keluar, masih bisa kita hadapi, masih bisa kita kontrol. Belajar untuk mengakui kesalahan jadi ini adalah perkara yang sangat berat, terkadang kita merasa aneh melihat orang yang bisa mengakui kesalahannya di depan teman-temannya tetapi di depan istrinya tidak bisa mengakui kesalahannya.
Begitu juga dengan wanita kalau dia bisa mengakui kesalahannya di depan temannya kenapa di depan suaminya dia tidak bisa mengakui kesalahannya. Sampai-sampai Nabi ﷺ sebutkan diantara ciri wanita penghuni surga adalah wanita yang mampu mengakui kesalahannya. Jangan kita pasang ego kita, kalau kita ego itu hanya menyiksa diri kita. Suami dan istri ego tidka mau saling mengakui kesalahannya maka kita yang menderita terus sampai kapan mau berakhir, belajar mengalah. Rasulullah ﷺ mengatakan, “maukah aku kabarkan kepada kalian tentang wanita penghuni surga, diantara sifat wanita penghuni surga adalah wanita yang selalu kembali kepada suaminya”, kalau sang wanita berbuat dzalim kepada suaminya atau dia didzalimi oleh suaminya (terjadi cekcok) maka diapun datang kepada suaminya, dia pegang tangan suaminya, diletakkan tangannya diatas tangan suaminya dan dia berkata, “wahai suamiku aku tidak bisa tidur sampai engkau ridha kepadaku”. Subhanallah, kita butuh wanita seperti ini di zaman sekarang yang menanggalkan egonya demi untuk kemesraan rumah tangga, adapun wanita yang sok pintar kemudian merasa tidk salah, sudah salah masih ngeyel, tidak mau mengatakan maafkanlah suamiku, ini hanyalah wanita yang merusak kehidupan rumah tangga, menyiksa dirinya sendiri.
Jika kita ribut dengan pasangan kita saat pulang dari kantor bertemu di rumah jadi tidak enak suasananya maka kalahkan ego. Kata Nabi ﷺ tentang dua orang yang bertikai, “tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan/ memboikot saudaranya lebih dari 3 hari, mereka berdua bertemu (yang satu berpaling kesana dan yang satu berpaling kesini) yang paling baik diantara keduanya adalah yang pertama kali mengucapkan salam, terlepas dia benar atau salah”. Kalau ini berlaku pada orang umum apalagi pada suami istri, seorang suami meskipun benar saat terjadi percekcokan dengan istrinya tetap meminta maaf kepada istrinya, cium tangannya, cium keningnya lalu peluk dengan erat walaupun dia menolaknya, begitu juga sebaliknya meskipun istri benar tetap meminta maaf kepada suami karena tidak ta’at, dll. Kita mengikuti syaitan hanya menyiksa diri kita di dalam neraka rumah kalau kit ingin Bahagia maka buang ego kita apalagi terhadap ibunya anak-anak, apalagi sama bapaknya anak-anak, mau sampai kapan kita menderita terus.
Kasihan kalau kita melihat teman kita yang tidak betah dirumah selalu keluar, emosi jika menerima telepon dari istrinya, tidak ada kemesraan. Kita yang melihat itu merasa kasihan karena kita tahu dia sedang menderita tetapi kalau seorang suami yang kita lihat tersenyum dan mesra menerima telepon dari istrinya berarti terlihat dia bahagia di dalam rumahnya. Kita ingin pulang ke rumah istri kita menjadi tempat kita ngobrol, laki-laki yang bahagia sesungguhnya ialah dia yang merasa tenang/ tentram bersama istrinya. Karenanya kalau kita ada masalah ingat kebaikan pasangan kita jangan lupa, berpikir kita juga punya andil jika terjadi masalah, mau mengakui kesalahan, mengalahkan ego/ syaitan untuk mencari keridhaan Allah سبحانه وتعالی dengan meminta maaf terlebih dulu. Jangan kita mudah dibawa oleh syaitan karena syaitan sangat semangat agar kita bisa bercerai, agar kita bisa sengsara kehidupan rumah tangga kita, jangan biarkan syaitan masuk dalam kehidupan kita. Thoyyib
Sisihkan waktu untuk berdua dengan istri atau dengan anak-anak juga boleh tetapi ada waktu khusus untuk berdua apakah di rumah, jalan-jalan untuk mengobrol secara berkelanjutan dengan istri sangat penting, harus diciptakan bagaimanapun caranya dan ini merupakan sunnah Nabi ﷺ. Nabi ﷺ sebelum tidur, beliau mengobrol dengan istrinya dan ini tentu sangat penting bagi kita di zaman sekarang ini. Suami kerja pulang malam sampai dirumah luangkan waktu untuk mengobrol dengan istri,bermain dengan anak dan kita akan memperoleh pahala bukan malah main hp di depan istri atau juga membiarkan anak bermain hp. Ciptakan pembicaraan yang kita bisa nyaman, yang kita sesuaikan dengan dunianya, jangan ngobrol dengan hal yang tidak nyambung karena tidak akan menimbulkan kenyamanan.
Kita tahu bahwasannya pasangan hidup kita ini adalah sebab kebahagiaan kita, jangan biarkan kita sengsara terus-menerus. Siapa diantara kita yang tidka betah dirumahnya? Yang tidak betah ngobrol bersama istrinya? Maka dia rubah cara hidupnya, ada yang salah pada dirinya atau ada yang salah pada istrinya dengan memperbaikinya, diskusikan. Suami istri harus saling mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, kita berusaha sinkronisasi, selama kita bisa lakukan maka lakukan yang pasangan sukai dan tinggalkan yang tidak disukai pasangan, lakukan semuanya karena Allah sehingga semua perjuangan kita untuk menciptakan kebahagiaan pasti ada hasilnya dan semuanya berpahala disisi Allah سبحانه وتعالی. Wallahu’alam bissawab. Thoyyib
Semoga bermanfaat, Waassallammua’alikum warahmatullahi wabarakatuh
Sumber: Ustadz Firanda Andirja