Sesungguhnya suatu perkara yang diyakini oleh semuanya bahwasannya kita tidak akan selamanya tinggal diatas muka bumi ini. Umur kita telah dibatasi. Nabi Saw bersabda, “a’maaru ummatiy maabainassittina ilassab’iynawa aqalluhum manyajuzu dzalika”, sesungguhnya umur umatku antara 60 sampai 70 tahun, dan hanya sedikit yang melampaui umur tersebut. Dan kenyataan betapa banyak orang-orang disekeliling kita yang meninggal tatkala antara umur 60 sampai 70 tahun. Dan kita pun demikian akan menyusul mereka bahkan telah banyak orang meninggal tanpa muqaddimah/ tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tanpa tanda-tanda terlebih dahulu. Sebagaimana perkataan seorang penyair, “tazauwadminattaqwa fainnakalaa tadri idzajanna lailunhal ta’isyu ilalfajri”, berbekallah dengan ketakwaan sesungguhnya engkau tidak tahu jika telah tiba malam hari apakah engkau bisa hidup sampe pagi hari. “Wakamminshahih maatamin ghoiri illati”, betapa banyak orang sehat tiba-tiba meninggal tanpa didahului oleh sakit. “Wakammin ‘aruusizaiyanuu haalizaujiha waqadqubidhatz arwaahuhum lailatalqadri”, betapa banyak mempelai wanita yang dirias dan dihias untuk dipersembahkan kepada mempelai pria ternyata kain kafannya sedang disiapkan dan dia tidak menyadari. “Wakamminfatan amsawa ashbahadhahikan waqadnusijat akhfaanuhu wahuwalaa yadrii”, betapa banyak pemuda yang di pagi hari masih tertawa, di sore hari masih tertawa, tiba-tiba di malam hari tubuh mereka dimasukkan ke dalam gelapnya liang lahat.
Jika seseorang meninggal dunia maka seluruh miliknya akan dia tinggalkan yang menemaninya hanyalah amal shalihnya. Kata Nabi Saw, “yatba’ulmaiyita tsalaatsatun”, sesungguhnya mayat itu diikuti oleh tiga perkara, “ahluhu wamaaluhu wa ‘amaluhu”, keluarganya akan mengikutinya, hartanya akan mengikutinya, dan amalnya akan mengikutinya, “fayarji’ustnaani wayabqama ‘ahuwaahidun”, yang dua akan kembali, yang bersamanya hanya satu yaitu amalnya. Adapun keluarganya, anak, istrinya yang dia cintai dan juga mencintainya tidak akan rela dikuburkan bersama dengannya. Mereka akan meninggalkannya akan melepaskannya di kuburan. Demikian juga hartanya yang begitu mewah, tabungannya, pembantunya, mobilnya, semua akan ditinggalkannya yang tersisa hanyalah amal yang dia miliki. Kemudian dia akan berada dalam alam barzakh dalam waktu yang sangat lama, menanti tiba hari kiamat. Bisa jadi seorang dalam alam barzakh sampai ratusan tahun, bisa jadi seorang dalam alam barzakh lima tahun, tanpa teman, tanpa kawan, hanya amalnya yang menemaninya. Oleh karenanya kita harus persiapkan saat-saat tersebut, kita semua akan menemui saat-saat tersebut. Di alam barzakh sendirian maka sebagian ulama mengatakan seorang hendaknya menyiapkan dirinya untuk bertemu saat-saat tersebut dengan membiasakan dirinya untuk bersendirian dalam beribadah kepada Allah SWT. Benar kita bahagia di dunia ini tatkala kita berkumpul dengan sebagian kawan, kita merasa riang dan bergembira tatkala kita berkumpul dengan sanak saudara dengan anak dan istri. Namun kita harus menyiapkan, menyengajakan untuk mencari kebahagiaan tatkala bersendirian. Sisihkan waktu untuk berdesak-desakkan kala sendirian karena kita akan mendapati masa tersebut, kita bersendirian di alam barzakh dalam waktu yang sangat lama. Tidak ada teman, tidak ada sanak saudara yang akan menemani kita.
Oleh karenanya disyariatkan beberapa amalan-amalan yang melatih diri kita untuk bisa berkhalwat bersama Allah bersendirian dengan amal shalih. Diantara amalan-amalan tersebut misalnya adalah ‘itikaf. Nabi Saw mensyariatkan tatkala kita di sepuluh malam hari terakhir di bulan Ramadhan kita ‘itikaf agar kita persiapkan diri kita bersendirian, berkhalwat kepada Allah sendirian, kemudian kita baca Al’qur’an sendirian, kita berdzikir sendirian setelah kita sibuk dengan dunia dalam waktu yang sangat lama, menyengajakan diri, melatih diri untuk bersendirian bersama Allah SWT. Ini juga diisyaratkan dalam hadist yang masyhur tentang tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah SWT, kata Nabi Saw, “sab’atun yuzhilluhumullahufiy zhillihi yaumalaa zhillaillaa zhilluhu”, ada tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari kiamat kelak. Di padang mahsyar tatkala matahari jaraknya 1 mil yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah SWT. Diantaranya kata Nabi Saw, “rajulaani tahabbaa fillahijtama’aa ‘alaihi watafarra qaa’alaihi”, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah dan mereka berpisah karena Allah. Mereka bertemu karena Allah ta’ala, ada kebahagiaan tatkala mereka bersama karena mereka berkumpul karena Allah SWT, namun ada saatnya mereka berpisah juga karena Allah SWT.
Sebagian ulama mengatakan karena mereka harus sibuk beribadah sendirian, masing-masing harus baca Al-Qur’an, masing-masing harus shalat malam, masing-masing harus beribadah sendiri. Kalau terus bertemu dengan kawannya kapan dia berkhalwat bersama Allah SWT. Sebagaimana kita berusaha menemukan kebahagiaan tatkala bersama yang lain, carilah kebahagian tatkala sendirian. Demikian juga kata Nabi Saw diantara tujuh golongan tersebut kata Nabi Saw, “rajulun dzakarallaha khaalian fafadhatz ‘ainaahu”, seorang yang berdzikir kepada Allah, orang yang sendirian kemudian kedua matanya mengalirkan air mata. Karena dia mengingat keagungan Allah SWT, dia mengingat dosa-dosanya, tatkala dia mengingat dosa-dosanya yang telah dia lakukan maka diapun menangis karena dia takut kepada Allah SWT. Demikian juga dia mengingat keagungan Allah, Maha Agungnya Allah SWT, dia ingat sifat-sifat Allah, dia ingat rahmat Allah SWT maka dia pun menangis karena dia rindu ingin bertemu dengan Allah SWT. Dia merasakan kelezatan tatkala bersendirian.
Demikian juga disyariatkan shalat malam, kata Nabi Saw, “shallubillaili wannaa suniyaamun tadzkhululjannata bisalaamin”, shalatlah kalian di malam hari tatkala orang-orang sedang tidur niscaya kalian akan masuk surga dengan penuh keselamatan. Seorang bangun melawan rasa kantuknya tatkala istrinya tidur, tatkala anak-anaknya tidur lantas dia berwudhu, dia bangkit, lalu dia beribadah kepada Allah SWT, bermunajat kepada Allah SWT, dia akan merasakan kelezatan berkhalwat bersama Allah SWT. Terlebih lagi ketika dia memilih sepertiga malam yang terakhir tatkala Allah turun kelangit dunia, kata Nabi Saw dalam hadist yang shahih, “yanzilu rabbunaa tabaaraka wata’aalaa ilassamaa iddunyaa hiynayabqaa tsulutsullaili”, Allah SWT, Azzawajalla turun ke langit dunia tatkala sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Allah berkata, “manyad’uuniifa astajiybalahu”, apakah ada hamba-Ku yang berdo’a? Aku akan kabulkan do’anya, “waman yastagh firuniyfa aghfiralahu”, apakah ada hamba-Ku yang beristighfar? Maka Aku akan ampuni dosa-dosanya, “waman yas aluniyfa ‘uthiyahu”, apakah ada hamba-Ku yang memohon? Aku akan kabulkan permohonannya. Allah mencari hamba-hamba-Nya yang melawan rasa kantuknya, yang melawan kenikmatan yang sedang dia rasakan, dia bangun untuk mencari kelezatan yang lain, kelezatan berkhalwat bersama Allah SWT.
Oleh karenanya, para hadirin yang dirahmati Allah SWT, berusahalah kita, biasakan diri untuk berkhalwat bersama Allah SWT. Melatih diri untuk berdesak-desakkan tatkala bersendirian, tatkala kita sedang bersafar bukalah Al-Qur’an, temukan kelezatan tatkala membaca Al-Qur’an. Ketahuilah amal shalih kita itulah yang akan menemani kita tatkala di alam barzakh. Tatkala kita sendirian tidak ada yang bersama kita, anak kita, istri kita, kawan kita, semuanya meninggalkan kita.
Sumber: Ustadz Firanda Andirja
Photo by Freepik