Kita melihat bagaimana ‘Aisyah Radhiyallahuta’ala ‘anha menjadi wanita yang paling alim. Jadi kalau sekarang orang-orang mungkin mereka berbicara tentang ibu Kartini dibanding ‘Aisyah Radhiyallahuta’ala ‘anha yang kita tidak pernah merayakan tentang ‘Aisyah, tidak perlu dirayakan karena ‘Aisyah ada di hati kita. Maka tidak sebanding ibu Kartini dengan ‘Aisyah namun kadang kala kita lupa dengan keutamaaan yang lebih utama disebabkan media yang menutupi atau yang tidak ingin mengangkat tentang keutamaan dari sosok ‘Aisyah Radhiyallahuta’ala ‘anha.
Kenapa banyak pahlawan-pahlawan yang dikenal? Apakah memang pahlawan hanya mereka? Lebih banyak pahlawan-pahlawan lain yang mungkin tidak dikenal dan perjuangan mereka lebih besar. Cukup Allah yang mengenal mereka. Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu ketika dapat berita tentang meninggalnya pasukan atau penglima perang di Qadisiyah, tidak ada yang membahayakan mereka jika Umar bin Khatab tidak kenal karena Allah mengenal mereka.
Maka kita perlu mengangkat tentang ‘Aisyah Radhiyallahuta’ala ‘anha tentang bagaimana perjuangannya, tentang semua indah yang dia bicarakan. Ada mungkin yang menceritakan kesusahan-kesusahan atau kesulitan-kesulitan tetapi ‘Aisyah menceritakan semua kesulitannya pun menjadi sebuah keindahan jadi kalau ada yang berjuang menginginkan kesetaraan antara wanita dengan pria, ‘Aisyah tidak pernah meminta hal itu, dia tahu diri karena dia adalah seorang wanita bukan seorang pria. Dia dipersiapkan untuk menjadi seorang ibu, dipersiapkan untuk menjadi seorang istri.
Tidak mungkin ‘Aisyah mengambil peran suami. Mereka antara suami dan istri saling mendukung. Maka kalau ada orang yang ingin kesetaraan gender, kasihan mereka. Allah sudah mengatakan, “lelaki itu tidak sama dengan perempuan”, yang menyamakan laki-laki dan perempuan dalam semua hal padahal Allah sudah mengatakan tidak sama maka dia mendzalimi perempuan, kasihan. Ada tugas laki-laki jangan diberikan kepada perempuan, kasihan kalau perempuan harus keluar bekerja, ngurusin semuanya baik anak, rumah dan juga suaminya. Kerja rodi itu perempuan berarti engkau mendzalimi wanita.
Sumber: Ustadz Syafiq Riza Basalamah