YA ALLAH PERBAIKILAH YANG TERJADI DIANTARA KAMI

Segala puji bagi Allah Rabbul’alamin, Dialah yang memiliki alam semesta ini, Dialah yang mengaturnya, yang menurunkan hujan, yang menghidupkan dan mematikan, Dialah yang menurunkan penyakit dan Dia pula yang mengangkatnya. Nabiyullah Ibrahim as ketika diancam oleh kaumnya dengan berbagai ancaman yang menyesakkan dada maka nabi Ibrahim mengatakan “kalau aku sakit maka Dialah yang menyembuhkan aku” ini merupakan sebuah keyakinan yang agung yang harus dimiliki oleh setiap muslim, apapun penyakit yang menimpa dirinya (apapun! kita tidak berbincang tentang covid-19) sejatinya kita sakit sebelum ada penyakit ini tapi seharusnya hati kita bergantung kepada Allah SWT kalau kita sakit maka Allah lah yang akan menyembuhkan kita. Sehingga peristiwa pandemic ini mendorong kita untuk semakin yakin dengan kekuatan Allah Azzawajalla yang kata nabi Shalatu’alaihiwassallam “ketahuilah andai kata seluruh umat manusia itu bersatu padu untuk membahayakan dirimu tapi kalau Allah tidak berkehendak mereka tidak akan pernah dapat membahayakan dirinya, namun sebaliknya”. Seluruh obat dimuka bumi ini kalau diberikan kepadamu demi berharap engkau sembuh tetapi Allah Jallajalalu tidak menginginkannya maka engkau tidak akan pernah sembuh. Semua sudah ditetapkan tugas kita adalah menerima kondisi yang ada.

Sejak pandemic ini semangat orang menuntut ilmu itu semakin tinggi karena permintaan-permintaan untuk mengisi pengajian itu sangat besar sekali seperti perusahaan-perusahaan besar, kampus-kampus, dan rumah sakit. Kenapa? Mereka tahu ada kekuatan besar dibalik alam semesta ini yang seharusnya kita mengabdi kepada Nya, yang seharusnya hidup dan mati kita hanya untuk Nya, yang sebelum pandemic dimana banyak orang yang bergantung kepada pekerjaannya. Kalau sudah merasa nyaman di suatu perusahaan maka dia ingin hingga akhir hayatnya berada di tempat itu, seakan-akan dia berfikir perusahaan itu yang memberikan rezeki kepadanya. Tetapi pandemic mengajarkan banyak orang di PHK, banyak perusahaan-perusahaan tutup, pesawat tidak bisa beroperasi, Mekkah yang tidak pernah sepi dari orang-orang yang tawaf ternyata tahun ini hanya 10.000 orang yang haji padahal biasanya sampai dengan 5.000.000 orang yang berangkat haji. Orang benar-benar belajar bahwasannya engkau harus mengenal Rabbul’alamin yang mungkin selama ini kita hanya mengenal namanya Allah tetapi apakah engkau benar-benar mengenal Allah Azzawajalla? Pandemic ini saya melihat orang-orang semngat belajar dan ternyata konsep selama ini belajar harus di ruang kelas bubar, ternyata engkau bisa belajar dari rumah. Tidak ada alasan lagi orang tidak mau mengaji karena tempatnya jauh atau ustadnya jauh di Jakarta sehingga saya tidak dapat berangkat kesana, ustadnya jauh di Madinah harus pakai pesawat, paspor tidak memilki biaya. Engkau bisa dengan tanganmu dirumahmu, di depan pisang goreng dan teh maka engkau bisa belajar melalui media elektronik. Sekarang kita belajar jama’ah!

Namun kadangkala kita yang malas, alasannya ya ustadz kepingin lagi belajar di ruang kelas, sudah tidak bisa. Kampus-kampus yang besarpun anak-anak belajar dari rumah dan ini menjadi pelajaran untuk orangtua untuk jadi orang pintar itu tidak harus kuliah. Pokoknya asal kita niat maka ada banyak ilmu yang bisa digali jama’ah. Tapi alhamdulillah tentunya ketika belajar dirumah Allah Azzawajalla secara offline disitu ada berkah, rahmat, sakinah namun sekali lagi tidak menghalangi kalau engkau niat untuk belajar tatkala dimesjidmu, dikampungmu tidak ada pengajian itu tidak menjadi alasan engkau ditanya oleh Allah pada hari kiamat “kenapa engkau tidak belajar?, kenapa engkau tidak menuntut ilmu?”. Padahal kita tahu sabda Rasulullah Saw, “menuntut ilmu itu kewajiban setiap muslim”. Rasulullah Saw mewajibkan kita untuk belajar hingga akhir hayat, jika engkau ingin mendapatkan derajat yang tinggi harus semakin banyak ilmu yang engkau pelajari. “Allah mengangkat derajat orang-orang beriman dan yang berilmu diangkat diatas orang-orang yang beriman beberapa derajat lagi”. Ingat orang beriman itu orang yang beramal, alhamdulillah tentunya imannya didasarkan dengan ilmu tetapi ada orang yang menambah ilmu dengan belajar lagi maka derajatnya akan diangkat. Sampai-sampai Rasulullah Saw mengatakan, “keutamaan orang yang berilmu dibandingkan orang yang ahli ibadah seperti keutaman di malam purnama dibandingkan dengan bintang-bintang”, ini ada orang yang suka memakmurkan masjid masyaallah tetapi tidak menuntut ilmu, dia ahli ibadah yaitu baca Al-Qur’an, suka puasa senin dan kamis, sholat sunnahnya banyak, sholat malam, rajin sedekah, ini orang ahli ibadah. Yang satunya ‘alim, orang yang berilmu hanya kita dulu di Indonesia kalau melihat orang sering memakmurkan masjid sering kita sebut ‘alim orangnya. Sebenarnya ibaratnya itu kurang tepat yang lebih tepat disebut ‘abid yaitu orang yang ahli ibadah.

Nabi Saw membedakan antara orang yang ahli ibadah dengan orang berilmu, beliau mengatakan “orang ahli ibadah itu bintang ketika purnama datang maka bintang itu tidak kelihatan” maka semoga kita termotivasi untuk belajar. Karena kondisi pandemic ini juga menyebabkan perselisihan diantara umat Islam, ada yang percaya dengan covid-19, ada yang mengatakan covid-19 ini konspirasi yahudi, agar orang-orang Islam tidak ke masjid. Ini masalahnya bukan hanya masjid, gereja pun tutup jadi jangan difikir kalau covid-19 ini hanya menimpa umat Islam, bicara ekonomi bukan hanya Indonesia, negara-negara besar pun terdampak secara ekonomi. Mekkah dan Madinah tidak ada pemasukan sama sekali seperti hotel-hotel dan catering yang biasanya ramai saat ramdhan dan musim haji. Akhirnya mulailah terjadi riya-riya kecil diantara sesama saudara kita, ada pandangan sholat di masjid pakai jarak itu seperti yahudi sehingga hal ini membuat kita menjadi tidak nyaman dengan saudara kita sendiri. Yang biasanya kita saling bertegur sapa, mulai ada su’udzon di hati kita, apa yang harus dilakukan? Ya memperbaiki hubungan diantara kita.

Pada tahun ke-2 Hijriyah terjadi perang di bulan Ramadhan yaitu perang Badar dan umat Islam menang tetapi kemenangan ini membuat perselisihan diantara umat Islam. Apa yang menyebabkannya? Ternyata karena harta rampasan perang. Terbagi menjadi 3 kelompok saat perang:

1) Kelompok pemuda, ini yang mengejar musyrikin/musuh

2) Kelompok bertahan, ini yang mengumpulkan harta rampasan perang

3) Kelompok yang melindungi Nabi Muhammad Saw

Masing-masing beranggapan berhak untuk mendapatkan harta rampasan perang sehingga mereka beselisih. Maka Allah bersabda,

  يَسۡـــَٔلُوۡنَكَ عَنِ الۡاَنۡفَالِ‌ ؕ قُلِ الۡاَنۡفَالُ لِلّٰهِ وَالرَّسُوۡلِ‌ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصۡلِحُوۡا ذَاتَ بَيۡنِكُمۡ‌ۖ وَاَطِيۡعُوا اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗۤ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ

Artinya:

Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya), maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfal: 1)

Berkaitan dengan hal ini, ternyata ada perkara-perkara dunia yang membuat kita berselisih maka kita perlu berhati-hati. Islam memerintahkan segala hal yang menjaga ukhuwah Islamiyah, menjaga hati kita seperti dilarang riba, dilarang namima, dilarang membully, dilarang mencaci maki, dilarang memfitnah, dilarang berbisik-bisik ketika ada tiga orang lalu yang dua orang berbisik meninggalkan orang yang ketiga, dll. Diperintahkan untuk menyebarkan salam, menjenguk orang yang sedang sakit, berbagi Bersama orang-orang beriman seperti berkurban, ada banyak perintah Allah agar kita menjaga hubungan diantara kita maka hindari su’udzon. Allah Azzawajalla mengatakan, “tinggalkan kebanyakan berprasangka karena sebagian prasangka itu adalah dosa”.

Kembali kepada masalah yang kadangakala merusak diantara kita, kita tidak ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, kita itu kadangkala lebih mengutamakan semangat, perasaan dan logika kita. Tadi 3 kelompok yang bertikai itu, kenapa? Karena semua menggunakan logika kita dengan mengatakan kita yang paling berhak karena kita yang mengejar musuh, hal ini merupakan logika dan perasaan. Lalu kelompok yang kedua mengatakan kita yang paling berhak karena kita yang mengumpulkan harta itu dan yang satu lagi mengatakan kita yang telah melindungi Nabi Saw maka kata Allah,

 يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَطِيۡعُوا اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ وَلَا تَوَلَّوۡا عَنۡهُ وَاَنۡـتُمۡ تَسۡمَعُوۡنَ‌

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya), (QS. Al-Anfal: 20)

Sehingga ketika terjadi pertikaian kembalikan kepada Allah dan Rasulnya kalau kalian beriman, masalahnya kebanyakan dari kita ini mengaku beriman, ingin kebaikan untuk umat ya tapi kamu harus tahu bahwasannya ada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw dan ada para sahabat yang menjelaskan bagaimana kita beragama ketika perang uhud. Kita lihat lagi, jumlah pasukan ada seribu lalu dalam perjalanan 300 orang mundur, siapa yang 300 orang ini? Kaum munafikin. Jadi jama’ah sebelum berangkat perang kejadian itu InsyaAllah tahun ke-3 Hijriyah tanggal 15 Syawal tepatnya pada hari Jum’at Nabi Saw bermusyawarah dengan para sahabat, perangnya pada hari Sabtu. Seorang pemimpin musyawarah dengan rakyatnya ketika Nabi Saw bermusyawarah tentang bagaimana menghadapi musuh ini? Musuh sudah sampai di Uhud, apa yang harus kita lakukan? Yang pertama Nabi Saw mengemukakan ide beliau, para sahabat mendengar. Apa ide Rasulullah Saw? Bagaimana kalau kita bertahan di dalam kota Madinah, kita kan lebih mengerti dengan kota ini karena jumlah pasukan musuh ada 3000 orang sehingga ketika musuh masuk ke kota Madinah, kita bisa serang mereka di gang-gang itu, bisa dilempari batu dari atas rumah-rumah, bisa bikin jebakan, itu sepertinya strategi yang lebih bagus untuk menghadapi jumlah musuh yang besar. Dan ide Nabi Saw ini ternyata didukung oleh pimpinan orang-orang munafik karena orang munafik ini tidak ingin perang sebenarnya. Kalau bertahan di dalam rumah maka mereka bisa tidur-tiduran tanpa ketahuan tetapi jika di medan perang maka akan kelihatan mereka perang atau tidak. Namun keputusan yang diambil dari salah satu sahabat Nabi yang menyarankan untuk perang keluar melawan musuh. Kemudian rencana ini juga didukung oleh sahabat-sahabat Nabi yang muda-muda yang mereka tidak ikut perang Badar itu semangat untuk menghadapi musuh dari luar. Maka jama’ah musyawarah itu penting ketika pimpinan mengambil keputusan mengikuti pendapat yang dari A atau B maka itu menjadi keputusan bersama. Jadi jangan sampai nanti ketika ada masalah menyalahkan salah satu pendapat. Para sahabat sama sekali tidak menyalahkan sahabat-sahabat yang maksa untuk keluar.

Dalam perjalanan yang 300 orang memisahkan diri yaitu orang-orang munafikin dan orang-orang yang dihatinya ada penyakit. Sebagiannya orang-orang muslim yang imannya lemah, apa kata Abdullah bin Ubay bin Salul? Dia mengatakan, “ini Nabi Muhammad Saw menolak pendapatku malah menerima pendapat anak-anak muda” (dia menyalahkan Nabi karena mengikuti pendapat anak-anak muda) ya sudah ditinggal mereka. Kemudian berperanglah bersama 700 orang pasukan melewati kebun-kebun hingga tiba di Uhud, setelah di Uhud Nabi Saw membagi pasukan. Ada 50 orang diletakkan di bukit pemanah (Jabal ‘aina’in) dibawah komando Abdullah bin Zubair ra, Nabi berpesan kepada mereka ini “ingat! Menang atau kalah kalian tetap di bukit ini sampai kalau kalian melihat burung-burung pemakan bangkai itu memangsa kepala kami kalian jangan turun dan jikalau kami menang mengumpulkan harta rampasan perang kalian juga tetap berada disini, tidak perlu turun”. Kemudian terjadi peperangan, 50 orang ini menghalau pasukan berkudanya Khalid bin Walid dan Ikhrima bin Abu Jahal, jadi pada perang Uhud ini pasukan musyrikin membawa 200 orang pasukan berkuda yang disebut sayap kanan dan sayap kiri. Dan ternyata 2 pemimpin pasukan berkuda ini akhirnya masuk Islam. Subhanallahu…

Kalau Allah mau memberikan hidayah maka siapa yang bisa menghalangi? Padahal Khalid dan Ikhrima adalah yang akan membantai pasukan pemanah. Selesai perang menang umat Islam, jadi pasukan pemanah ini diatas bukit itu ketika pasukan kaum musyrikin tungganglanggang lari, mereka berbicara, “kita ngapain disini?” ayo kita bantu orang-orang yang sedang mengumpulkan harta rampasan perang. Abdullah bin Zubair mengingatkan, “ingat pesan Nabi Muhammad Saw menang atau kalah tetap disini”, mulai terjadi perselisihan diantara 50 orang ini. Sebagian mau turun dan sebagian tetap bertahan, yang mau turun itu berijtihad (dia gunakan logikanya, akalnya) dia mengatakan, “kita kan sudah menang, kita disini hanya duduk-duduk”. Maka jama’ah ketika ada nash (perintah) dari Allah dan Rasul-Nya jangan dipakai logikanya yang terjadi seperti ketika perang Uhud ini. Mereka bertikai lalu 30 orang turun, ternyata penyebab pertikaian di perang Uhud ini jama’ah kurang lebih sama dengan ketika perang Badar yaitu harta (dunia). Maka Allah Azzawajalla mengatakan, “sebagian kalian mau dunia dan sebagian kalian mencari akhirat”, turun 35 orang lalu Khalid bin Walid menyerang 15 orang dengan pasukan berkudanya, 15 orang tidak cukup menghalau 100 atau 200 orang pasukan berkuda. Jadi jaga hati kita karena dunia ini menyebabkan perselisihan diantara kita. Antum lihat kakak beradik tidak bertegur sapa, gara-gara warisan. Tetangga dengan tetangganya karena batas rumah, mereka tidak bertegur sapa. Urusan dunia!

Tetapi ketika seseorang ambisinya itu akhirat maka dia menghadapi masalah ini dengan tenang. Pernah kejadian di masa Nabi Saw, Zubair bin Awab (sepupu dari Nabi Saw) memiliki kebun, ada orang yang mengatur pembagian jalan air untuk kebun-kebun lalu orang-orang Anshor meminta untuk mengairi kebun mereka terlebih dahulu yang seharusnnya mengairi kebun Zubair namun Zubair tidak mau sehingga akhirnya mereka bertikai dan membawa masalah ini ke Nabi Saw. Jika ada 2 orang yang bertikai itu biasanya dua-duanya merasa benar, itu hanya perasaan dari masing-masing orang yang merasa benar. Ketika sampai kepada Nabi Saw lalu memutuskan, “wahai Zubair sirami kebunmu lalu engkau alirkan ke kebun tetanggamu”. Jama’ah menyirami kurma itu seperti sawah karena pada piringan pohon kurma itu seperti kolam. Kemudian orang Anshor yang merasa benar mengatakan, “ ya Rasulullah… karena dia sepupumu maka engkau membelanya” ketika Nabi mendengar ucapan ini wajah Nabi berubah karena marah. Beliaupun merubah keputusannya mengatakan kepada Zubair, “sirami kebunmu kemudian engkau tahan airnya sampai air itu masuk ke akar-akarnya setelah itu baru engkau kirimkan airnya ke kebun tetanggamu”. Jadi tadi awalnya Nabi memberikan keputusan membela orang Anshor tetapi karena orang Anshor ini menganggap keputusan Nabi itu mengandung unsur kedzoliman, Nabi marah sama dia. Kalau mau berbicara keadilan seperti keputusan yang kedua itu karena memang kebun kurma itu disirami sampai akar-akarnya memperoleh air.

Jadi jama’ah ada namanya fhadly (karunia) dan ‘adl (keadilan). Allah Azzawajalla kalau menghukum itu adil tetapi jika memberikan pahala itu karunia, kita beramal sekali maka Allah akan balas sepuluh kali tetapi ketika kita berbuat dosa sekali maka Allah akan tulis satu. Itu keadilan jama’ah, disini Nabi Saw, Subhanallahu… beliau itu  mengajarkan keutamaan tapi ternyata orang Anshor ini merasa di dzolimi dengan hukum Nabi Saw. Maka kadangkala orang itu kalau memutuskan perkara dua orang yang bertikai, biasanya salah satu akan berprasangka buruk kepada itu orang. Padahal keputusan yang diberikan adalah sesuai dengan realita. Kejadian lain bersama Nabi Saw diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwa Ka’ab bin Malik, dia itu pernah nagih hutang kepada orang yang namanya Ibna Abi Hadrad, biasanya orang yang ribut suaranya keras karena emosi dan ini posisinya di Mesjid sedangkan Nabi Saw sedang berada di rumahnya akhirnya keluar (tuh maka tatkala ada keributan kita berusaha memperbaiki jama’ah) lalu beliau mengatakan, “Yaa Ka’ab bin Malik sudah separuhnya saja suruh dia bayar yang separuhnnya lagi kamu ikhlaskan”, lalu Nabi Saw memanggil Ibna Abi Hadrad, “sekarang kamu bayar hutangmu”. Jadi kita lihat Rasul Saw jama’ah kadangkala memang memperbaiki dua orang yang bertikai itu dengan berusaha tidak membela salah satu pihak.

Yang terakhir ada sebuah do’a yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab sholat di bab Tasyahud, ini termasuk do’a yang dibaca ketika tasyahud sebelum salam dan hadistnya dishahihkan oleh Syeikhul Bani Rahimahullahu ta’ala, “Ya Allah lembutkan hati diantara kami dan perbaikilah hubungan diantara kami dan tunjukkan kepada kami jalan-jalan keselamatan dan selamatkan kami dari kegelapan menuju ke cahaya dan hindarkan kami dari perbuatan-perbuatan yang menjijikkan, perbuatan-perbuatan keji yang tampak dan yang tersembunyi dan berikan berkah kepada kami di pendengaran kami dan berikan berkah di pandangan kami dan berikan berkah di hati kami sehingga kami tidak memikirkan kecuali hal-hal yang baik dan di istri-istri kami ya Allah berikan berkah didiri mereka dan anak keturunan kami dan berikan taubatmu kepada kami ya Allah, sesungguhnya Engkau maha menerima taubat dan maha pengasih, jadikan kami orang-orang yang senantiasa mensyukuri nikmat-Mu dan senantiasa memuji dan memuja-Mu atas nikmat-nikmat tersebut, menerimanya dan sempurnakan nikmat-nikmat itu atas kami” jadikan kita saling memaafkan, saling enak, saling menerima lalu bagaimana nikmat disempurnakan? Nikmat itu tidak dipakai kecuali untuk keta’atan kepada Allah SWT. Alhamdulillah…

Sumber : Kajian Ustadz Syafiq Riza Basalamah


Posted

in

by